DD Farm: Program Pemberdayaan Kaum Miskin

Oleh: Parni Hadi,
Pengusung Filantropreneur

Optimalisasi zakat, infaq, sedekah & wakaf (ziswaf) sebagai modal kegiatan ekonomi produktif untuk membantu pengentasan kemiskinan? Why not, mengapa tidak?

Pengelolaan aset ziswaf untuk kepentingan ekonomi produktif masih belum populer. Selain pengetahuan masih terbatas, masyarakat belum memiliki banyak contoh program wakaf dalam skema ekonomi produktif yang berhasil. Masyarakat masih perlu diyakinkan bahwa aset ziswaf dapat dioptimalkan secara produktif bagi upaya meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.

Inilah yang sedang diupayakan oleh DD (Dompet Dhuafa) dengan program peternakan berbasis aset wakaf. Program tersebut diberi nama DD Farm dan uji coba pertama dilakukan di Banten di bawah pimpinan Mokhlas P A, pimpinan cabang DD Banten.

DD Farm Banten dilaksanakan di atas lahan wakaf sekitar 7.000 meter persegi di lingkungan Gowok Kepuh, Kelurahan Sukajaya, Kecamatan Curug, Kota Serang. DD Farm menerapkan konsep pembiayaan gabungan antara wakaf dengan zakat di tahap awal, lalu ditumbuhkan dengan investasi ekonomi di tahap selanjutnya. Model pembiayaan ini populer disebut blended finance.

Secara teknis, DD Farm mengubah model pemberdayaan peternak dari model plasma menjadi model sentra. Masyarakat penerima manfaat direkrut dengan kriteria mustahik dan mekanisme akad sebagai pekerja. Selama dua tahun, mustahik tersebut dilatih tentang manajemen kandang, pakan, kesehatan ternak, administrasi peternakan, dan lain sebagainya. Setelah itu, berdasarkan mekanisme seleksi yang ketat, mustahik yang lulus diberikan inkubasi dalam bentuk modal anakan ternak agar menjadi peternak.

Pada tahap tersebut, mustahik didampingi dalam bentuk kemitraan dengan membentuk Badan Usaha Desa (Bude). Peternakan plasma ditumbuhkan menjadi community enterprise yang terhubung dengan sentra ternak dalam hal pemasaran. Proses kemitraan ini dikembangkan menjadi jaringan sosial enterprise baru, dan menjadi tahap pengukuhan muzakki baru.

DD Farm sebagai unit bisnis sosial sentra ternak mengembangkan beberapa produk yang menjadi pemasukan (revenue stream) usaha. Produk pertama adalah penggemukan domba/kambing untuk penjualan karkas bagi restoran dan catering, serta setiap tahun untuk mensuplai kebutuhan hewan Kurban. Selain itu, juga memproduksi pakan ternak berupa complete feed dan silase yang dipakai sendiri sekaligus dijual ke pasar peternak.

Kotoran ternak juga menjadi produk penghasil uang bagi DD Farm. Kotoran dikumpulkan dari kandang, kemudian diolah melalui proses penjemuran tanpa bantuan teknologi dan kimia, sehingga menghasilkan pupuk dengan kualitas baik, mengandung 90% kotoran domba/kambing tanpa campuran pasir, sekam, atau material yang lain.

Padat karya

Semua bisnis proses berpola padat karya, melibatkan masyarakat dhuafa sebagai pekerja yang menghasilkan pendapatan rutin bagi mereka, sebagai penopang ketahanan ekonomi keluarga, apalagi di era pandemi Corona dan resesi saat ini.

DD Farm dibiayai dengan dana zakat sebagai modal awal. Ini digunakan antara lain untuk pembersihan lahan (land clearing), pembangunan kandang, penyediaan ternak bakalan, penyiapan
pakan tahun pertama, manajemen kesehatan ternak, dan penguatan kompetensi mustahik pengelola.

Modal tersebut ditumbuhkan dengan membentuk unit-unit baru pengahasil pendapatan, seperti penjualan ternak harian dan bulanan, penjualan ternak Kurban, produksi dan penjualan pakan ternak, dan produksi dan penjualan pupuk organik kotoran ternak. Di setiap DD Farm ada sebidang lahan untuk menamam sayur dan beberapa jenis tanaman pakan ternak yang memakai pupuk organik. Ini berfungsi sebagai uji coba, sekaligus percontohan.

Kini DD Farm Banten sudah mampu menutupi biaya operasional regular, memproduksi pakan mencapai 90 ton dan complete feed lebih dari 36 ton, serta produksi pupuk sebanyak 10 ton. DD Farm Banten sudah mampu membuka penawaran investasi baru dengan skema proyeksi profit sebesar Rp1,2 M dalam 14 bulan.

Jika terwujud, capaian itu diharapkan dapat meningkatkan keyakinan bahwa dana ziswaf yang dikelola secara amanah dan profesional dapat dimanfaatkan sebagai modal pemberdayaan mustahik yang produktif dan berkesinambungan.
Penghasilan dari DD Farm Banten saat ini digunakan untuk menghidupi mustahik melalui penghasilan bulanan; yang digulirkan untuk membiayai sekolah gratis bagi kaum dhuafa, yang murid- muridnya berasal dari masyarakat sekitar sentra. Ini merupakan aspek keunggulan yang dimiliki oleh model pemberdayaan konsep Philantropreneurship.

Holistik, integralistik

DD Farm Banten menjadi contoh aplikasi program dengan prinsip holistik dan integralistik. DD Farm sebagai sarana pemberdayaan ekonomi juga melakukan program-program layanan kesehatan, pendidikan, nilai-nilai budaya, dan layanan iman dan taqwa. Semua program tersebut dilaksanakan dalam satu kawasan pemberdayaan yang disebut zona Mandaya (Mandiri dan Berdaya).

Kegiatan DD Farm melibatkan kaum perempuan, khususnya ibu, sebagai motor pengggerak utamanya. Bahkan, dalam hal suplai bahan baku pakan ternak, perempuan menjadi pemain utama kelompok masyarakat yang menanam, merawat, dan memanen 10 hektar tanaman jagung. Ini karena DD meyakini bahwa perempuan berdaya lebih menjamin ketahanan ekonomi keluarga dan masyarakat, terutama di kalangan keluarga miskin.

Filantroprenenur ini sekilas mengesankan seperti kegiatan bisnis. Betul, namun ini adalah bisnis sosial, tepatnya bisnis filantropi. Bisnis sosial dibangun semata-mata untuk ikut serta mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan harkat serta martabat kaum dhuafa.

Bisnis sosial lebih mengutamakan benefit (manfaat) dari pada profit dalam bentuk uang. Untung harus diupayakan, tapi itu harus digulirkan dalam bentuk program-program sosial bagi masyarakat pra sejahtera dengan semangat cinta (welas asih) kepada sesama.

Itulah filantropreneur sebagai konsep alternatif dalam pemberdayaan kaum dhuafa. Jiwa kewirausahaan ditanamkan kuat dalam bingkai-bingkai sosial dan kemanusiaan. Singkat kata, filantroprenenur adalah pengelolaan program filantropi dengan jiwa wirausaha dan sebaliknya dalam satu tarikan nafas, kewirausahaan yang dijiwai welas asih (charity) untuk kebaikan sesama. Semoga ini dapat menjadi solusi bagi percepatan pengentasan kemiskinan. (ph.12.12.2020)

Penulis : Inisiator dan Pendiri Dompet Dhuafa, Mantan Direktur RRI, Pendiri dan Pemimpin Umum Koran Republika, Mantan Direktur Utama LKBN Antara

Honda