Lembaga Zakat, Terdepan dalam Kebencanaan

Sankyu

*) Oleh : Mokhlas Pidono (Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Banten)

BENCANA sering datang tak terduga, tak bisa diprediksi kapan waktu pastinya. Namun, setiap bencana melanda, selalu meninggalkan jejak dan korban, baik harta maupun jiwa.

Tentu kita masih ingat dengan kejadian tsunami Selat Sunda pada malam hari di akhir Desember 2018 lalu, sempat hanya dikira air laut pasang ternyata gelombang besar. Anak Gunung Krakatau yang terus menyalak sebelum tsunami melanda menjadi sebab bencana, longsorannya mengangkat gelombang, sehingga secara tiba-tiba tsunami melanda, menghantam sepanjang pesisir Tanjung Lesung hingga Sumur.

Ratusan jiwa melayang, bangunan luluh lantak, banyak warga yang kehilangan mata pencaharian. Kala itu, Lembaga Zakat di seluruh Indonesia langsung menerjunkan tim khusus kebencanaannya, melakukan evakuasi, mendirikan posko, support dapur umum, kesehatan hingga dampingan psikososial, bahkan pada fase berikutnya perahu dan rumah tinggal korban dibangunkan.

Tidak berbelitnya birokrasi dalam tubuh Lembaga-Lembaga zakat, menjadikannya luwes bergerak, cepat dan langsung merespon setiap kejadian dengan lebih fleksibel.

Biasanya, setiap bencana melanda open donasi kemanusiaan akan segera dibuka. Amanah dananya akan langsung terdistribusikan baik untuk kebutuhan logistik maupun bantuan lainnya yang menjadi kebutuhan darurat penyintas. Karena Lembaga Zakat berbeda dengan pemerintah dalam sumber daya dana, maka besarnya bantuanpun akan sangat dipengaruhi oleh berapa jumlah donasi terhimpun.

Jika pemerintah punya sumber yang jelas dari pajak maupun penerimaan bukan pajak, sehingga ketika membuat program uangnya sudah ada. Maka lembaga zakat itu sebaliknya, membuat program yang kemudian programnya ditawarkan agar bisa memiliki dana untuk merealisasikan program tersebut. Kasarnya lembaga zakat berfikir keras menyusun konsep program yang baik, padahal dana tidak punya. Jika program bagus, maka masyarakat akan dengan senang hati berdonasi agar program tersebut berjalan.

Maka jika lembaga zakat yang tak memiliki sumber daya pendanaan besar bisa bergerak cepat, sejatinya pemerintah lebih cepat karena dana ada, tersedia, tinggal bagaimana memperpendek jalur birokrasi agar tak menghambat, menuangkan ide-ide program kreatif agar tercipta program yang baik dan terasa manfaatnya oleh masyarakat secara luas dan berkeadilan.

Bencana banjir bandang Lebak baru-baru ini memperlihatkan hal serupa dengan tsunami Selat Sunda tahun lalu. Tepat 1 Januari, tahun baru 2020, Lebak diamuk longsor dan banjir bandang. Beritanya yang sempat tertutup banjir Jabodetabek dengan segala bumbu yang mengasyikan untuk dipelototi masyarakat. Ternyata banjir bandang Lebak lebih parah. Di hulu satu kampung di Cigobang dan sebagian Cinyiru yang masuk kecamatan Lebak Gedong tertimbun longsor, di hilir sungai Ciberang, kecamatan Cipanas dan Sajira terhantam banjir bandang, puluhan meninggal, ribuan rumah rusak berat dan ringan, ribuan jiwa mengungsi.

Lembaga zakat tetap masih terdepan merespon bencana tersebut, di hari kejadian belasan posko lembaga zakat bertebaran, memberikan bantuan evakuasi dan kebutuhan dasar. Dompet Dhuafa misalnya, langsung membuat posko di Pesantren Darul Mustafa Cipanas, membuatkan dapur umum dan pos hangat, hari pertama hanya 141 pengungsi yang ditangani. Namun di hari ketiga, setelah 10 orang tim evakuasi beserta TNI membuka akses jalan dengan menyingkirkan batang pohon tumbang, membuat tali naik tebing dan jembatan, jumlah pengungsi membludak sampai di angka 800 orang, bahkan sampai 1.300 orang di minggu pertama.

Sekda ramadhan

Berbagai macam program digulirkan oleh Dompet Dhuafa, mulai dapur umum dan pos hangat untuk kebutuhan makan pengungsi, kebutuhan alas tidur, pendampingan psikososial melalui program Psicologycal First Aid (PFA) terutama bagi anak-anak agar tidak trauma, taman ceria berupa wahana edukasi bagi penyintas berisikan dongeng ceria dan banyak aktifitas lainnya, mobil dapur keliling, petugas medis yang standby 24 jam. Bahkan kini sedang dijajaki untuk membangun kembali hunian tetap bagi penyintas, tentu sesuai kemampuan dan jumlah donasi yang terhimpun.

Harusnya Dijadikan Mitra Strategis Pemerintah

Dengan kiprahnya yang begitu nyata, relawan yang begitu loyal, maka sebenarnya lembaga zakat adalah mitra yang sangat strategis bagi pemerintah, andai saja mau merangkulnya.

Di DKI Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta selalu melibatkan lembaga zakat dalam rapat-rapat koordinasi penanganan kebencanaan untuk bersama-sama membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan dan bersama merespon bencana hingga fase terakhir penanganan bencana tersebut.

Tak ada yang dirugikan, malah ini merupakan kerjasama saling menguntungkan karena sejatinya lembaga zakat hadir untuk ikut berkontribusi membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan dan juga membantu masyarakat yang membutuhkan.

Namun, terkadang pola birokratis di pemerintah juga belum sepenuhnya berubah, termasuk dalam penanganan bencana banjir bandang Lebak yang masa tanggap daruratnya ditetapkan sampai 28 Januari oleh Pemerintah Kabupaten Lebak.

Posko Dompet Dhuafa dan Perkumpulan Urang Banten yang dikunjungi oleh banyak pejabat, mulai dari kepala BNN Provinsi Banten, Wakil Bupati Lebak, Bupati Kabupaten Tangerang, anggota DPRD dari Kabupaten dan Kota yang ada di Banten, hingga Putri Pariwisata Banten ternyata tidak masuk dalam list posko yang diumumkan BPBD Lebak dalam suratnya. Padahal jumlah pengungsi hampir sama banyaknya dengan posko induk di gedung PGRI Sajira, bahkan di hari terakhir melebihi jumlah pengungsi di posko induk.

Ini bukan tentang nama, tapi bagaimana pengumuman ke masyarakat yang butuh pos pengungsian terdekat, tentu ini tidak terinformasikan karena dalam daftar posko tak dicantumkan. Dalam hal lainnya nyaris tak dilibatkan setelah hanya dicolek di instagram pada awal bencana terjadi, seandainya pemerintah berfikir bahwa lembaga zakat adalah mitra strategis yang bisa bahu membahu meringankan beban penyintas, tentu saja manfaat akan terasa lebih baik dirasakan masyarakat.

Semoga saja, kedepan pola sinergi ini bisa terjalin dengan baik, karena tujuan pasti sama untuk membantu dan bermanfaat bagi sesama, semoga. (***)

*) Penulis adalah Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Banten / Dok
Honda