Bantu Pemda Atasi Stunting, PUB Kunjungi 2 Desa di Pandeglang

Hut bhayangkara

 

PANDEGLANG – Pengurus PUB Pusat bersama PUB Pandeglang melakukan safari perjalanan ke desa-desa di Kecamatan Cibitung dan Cigeulis pada 6-7 Juli 2022 lalu.

Safari perjalanan ke desa-desa yang dilakukan PUB ini dalam rangka membantu Pemerintah Daerah mengentaskan Pandeglang dari masalah stunting.

Dalam masalah stunting, masyarakat Cibitung maupun Cigeulis, mereka belum sepenuhnya memahami dan menyadari tentang stunting ini, sehingga mereka harus diberi pemahaman tentang masalah ini dan diberi jalan keluar dengan cara mengonsumsi makanan bergizi, terutama ibu hamil dan anak usia sampai 2 tahun.

Anton Apriantono, wakil ketua PUB dan mantan Menteri Pertanian menyarankan masyarakat untuk memenuhi makanan bergizi, dan menyarankan masyarakat rajin menanam dan beternak di sekitar rumah, sawah dan ladang mereka.

Anton prihatin dengan kebiasaan masyarakat yang lebih mementingkan membeli rokok daripada membeli telur atau makanan bergizi untuk keluarganya.

Hampir semua petani di daerah Cibitung dan Cigeulis merokok. Sehari sekitar 10 sampai 30 ribu rupiah mereka habiskan untuk membeli rokok.

“Padahal jika uang untuk membeli rokok itu disisihkan untuk membeli makanan bergizi seperti telur, susu, ikan dan lain-lain, tentu akan sangat baik bagi kebutuhan gizi keluarga, sehingga dapat mengurangi masalah stunting,” papar Anton.

PUB yang diwakili oleh Ki Anton dan Ki Wawan (ketua PUB Pandeglang: red) merasa sangat sedih melihat kondisi masyarakat Cibitung yang rumah-rumahnya masih jauh dari standar kelayakan, masih banyak yang menggunakan sumur timba, kamar mandi dan toilet sederhana, setengah terbuka, sebagian ditutup hanya dengan kain atau bekas baliho, tidak berpintu, dan hanya ditutup dengan kain saja.

Kondisi serupa juga ditemukan di Kecamatan Cigeulis. Hal itu pula yang mendorong PUB untuk bersafari ke dua kecamatan Cibitung dan Cigeulis karena kondisi kedua kecamatan ini nyaris sama.

Loading...

Salah satu tokoh pemuda Kandang Batok Cibitung, Hata, merasa bersyukur atas kunjungan PUB ini dan berharap PUB dapat membantu masyarakat Cibitung dalam masalah stunting dan dapat menjadi Bapak Asuh bagi kegiatan-kegiatan yang telah dia rancang, yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat di Kandang Batok khususnya dan Cibitung secara umum.

Tidak berkembangnya perekonomian di Kecamatan Cibitung dan Cigeulis, menurut Anton karena infrastruktur jalan di kedua Kecamatan tersebut masih jelek.

Mereka tidak punya pilihan untuk menjual hasil buminya ke tempat lain karena terkendala biaya transportasi, sehingga mereka terpaksa menjual hasil sawah ladangnya kepada tengkulak dengan harga yang sangat rendah. Pisang kepok misalnya, satu sisir hanya 2000 rupiah, kalau satu tandan ada 10 sisir berarti harga satu tandan hanya 20 ribu saja.

“Murahnya komoditi produk Cibitung itu akibat infrastruktur jalan yang buruk, hal ini sudah berlangsung lama, walau sekarang sudah lumayan, jalan ke kantor kecamatan sekarang sudah dibeton, tapi produk cibitung masih dihargai murah karena penguasaan pembelian produk sudah dimonopoli oleh pedagang yang sudah lama menguasai di sana,” jelas Anton

Jalan keluar penting untuk masyarakat cibitung selain infrastruktur diperbaiki dan dibangun, seperti: jalan utama, jalan usaha tani, sarana air bersih, sarana irigasi dan juga ekonomi harus ditumbuhkan dengan cara membangun industri pedesaan.

Industri yang potensisl di wilayah Cibitung dan Cigeulis adalah industri pengolahan pisang dan industri berbahan baku kelapa seperti arang batok, kerajinan berbahan baku batok dan sabut kelapa. Untuk itu diperlukan bapak asuh atau investor yang mau masuk ke cibitung dan Cigeulis.

Permasalahan lain yang ditemukan di Kecamatan Cigeulis adalah keluhan para petani tentang tanaman padi mereka yang terkena hama wereng.

Menurut Anton, tanaman padi mereka rentan terkena hama wereng karena benih yang digunakan bukan benih unggul yang direkomendasikan dinas terkait. Mereka menggunakan benih dari hasil panen sebelumnya, yang rentan diserang hama.

“Para petani enggan menggunakan benih padi berkualitas karena harus membeli. Padahal jika dibandingkan dengan hasilnya, sesungguhnya biaya pembelian benih untuk 1 hektare lahan yang hanya 300.000 dapat dikembalikan berkali lipat,” jelas Anton.

Sementara itu ketua PUB Pandeglang, Ki Wawan mengatakan bahwa kegiatan safari silaturahmi ini dilakukan agar dapat menyerap informasi langsung dari masyarakat.

“Kami bahkan menginap di rumah-rumah warga, merasakan menimba air dan makan bersama, memakan makanan apa yang biasa mereka makan, menembus jalan- jalan yang belum beraspal dengan kendaraan jeep offroad, dan menikmati hembusan angin dari balai-balai bambu yang menjadi tempat kami tidur,” tutur Wawan. (*/Red)

Ks rc
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien