Upaya Masyarakat Cibadak Dalam Menjaga Kelestarian Alam TNUK

PANDEGLANG – Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) yang terletak di wilayah paling barat Pulau Jawa memiliki peran yang sangat penting, terutama untuk melindungi habitat terakhir badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus) dan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya.

Menjaga kelestarian alam di taman nasional pertama di Indonesia ini menjadi keharusan semua pihak, termasuk masyarakat yang tinggal berdampingan dengan kawasan atau daerah penyangga.

Ada sekitar 16 desa di 2 kecamatan Sumur dan Cimanggu yang menjadi buffer zone di TNUK, Desa Cibadak salah satunya.

Desa Cibadak yang terletak di wilayah Kecamatan Cimanggu Kabupaten Pandeglang Banten.

Kawasan Gunung Honje yang berada di wilayah Selatan dan menjadi habitat alami dari owa Jawa serta berbagai macam jenis kucing besar terletak beririsan dengan desa ini, sehingga sangat rentan singgungan antara penghuni kawasan dengan masyarakat.

Balai Taman Nasional Ujung Kulon (BTNUK) sebagai stakeholder penanggung jawab kawasan terus melakukan upaya pendidikan dan pemahaman konservasi terhadap masyarakat di sekitar kawasan.

Hal ini dilakukan pihak pengelola kawasan untuk merangsang dan mengajak masyarakat untuk mau berkontribusi untuk melaksanakan upaya pelestarian di Taman Nasional Ujung Kulon.

Pemberian pemahaman dan sosialisasi yang dilakukan BTNUK berdampak positif dan memengaruhi perilaku masyarakat untuk turut menjaga kelestarian alam di TNUK.

BI Banten

Diakui Kepala Desa Cibadak Oyok Agus Murod bahwa kontribusi BTNUK sudah dapat dirasakan oleh masyarakat mulai dari bidang pertanian dan perikanan juga dalam bidang pengembangan desa pada pemanfaatan sumberdaya alam agar dijadikan tempat wisata.

“Ada dua curug yang ada di hutan lindung, Curug Goong dan Curug Cipatujah,pihak TNUK sudah memberikan ijin agar itu dapat di kelola untuk menambah perekonomian masyarakat,” ucapnya saat dijumpai wartawan Faktabanten.co.id beberapa waktu lalu.

Ia juga mengakui bahwa pihak TNUK kerap memberikan sosialisasi di Desa Cibadak agar terus menjaga dan ikut melestarikan lingkungan.

“Sering melakukan penyuluhan agar tidak merusak dan memotong kayu di kawasan hutan lindung, para kiyai juga sering mengatakan itu kalo lagi pengajian sebab kalo hutan rusak maka akan sulit mendapatkan air,” imbuhnya.

Menurutnya saat ini masyarakat sudah kondusif dan tidak ada yang berani untuk mengambil kayu dalam kawasan, sebab pihaknya juga sudah menghimbau tidak akan memberikan bantuan apapun jika terjadi masalah terhadap orang tersebut.

“Saya (Oyok-red) sudah menyampaikan dengan tegas tekait permasalahan pencurian kayu kepada masyrakat, agar masyarakat tidak mengambil kayu di dalam kawasan hutan lindung karena pihak Desa sama sekali tidak akan membantu orang-orang yang mencuri, jangankan mencuri didalam kawasan mencuri kayu tetangga juga tidak akan kami bantu kalau dengan sengaja mencuri untuk dijual,” tegasnya.

Pihak Balai juga penah membeikan bibit tanaman untuk ditanam di lokasi hutan lindung. Selain itu Balai Taman Nasional Ujung Kulon juga kerap memberikan bantuan untuk membantu dan memberdayakan masyarakat di Desa Cibadak.

“Selama ini mah kondusif gak ada masyarakat yang mencuri, karena TNUK juga sering ngasih bantuan untuk masyarakat,” tutupnya.(*/Yosep)

[socialpoll id=”2521136″]

KS Anti Korupsi
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien