
Ada Peserta Cabutan di MTQ Ke-53 Kabupaten Serang, Akui Berasal dari Luar Daerah
SERANG – Kegiatan Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-53 tingkat Kabupaten Serang telah berlangsung sejak dibukanya kegiatan pada Selasa (21/2/2023).
Sedangkan untuk kompetisi di 10 cabang dan 24 golongan mata lomba ini dimulai pada Rabu (22/2/2023) hingga Jumat (24/2/2023).
Sebagai informasi, dalam aturan MTQ ke-53 Tingkat Kabupaten Serang sendiri, panitia mengatakan bahwa para peserta yang mewakili kafilah harus merupakan pribumi atau warga asli yang tinggal di masing-masing kecamatan.
Bahkan Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah ditemui usai pembukaan MTQ ke-53, mengatakan secara tegas bahwa para peserta harus berasal dari warga yang berdomisili Kabupaten Serang.
“Kalau untuk laporan terkait ada peserta dari luar, saya belum dapat info itu, tapi harapannya sih harus masyarakat Serang yah, biar anak-anak pribumi Kabupaten Serang bisa menjadi lebih maju dan lebih memahami dan mengamalkan Al-Qur’an,” kata Ratu Tatu Chasanah saat diwawancarai.
Namun pada hari kedua gelaran MTQ ke-53 tingkat Kabupaten Serang, Rabu (22/2/2023), terungkap fakta lain yang bertentangan dengan aturan dan tujuan dari MTQ itu sendiri.
Sebagian peserta MTQ ternyata merupakan peserta cabutan yang mewakili kafilah. Atau secara jelas bisa dinyatakan, ada beberapa peserta yang bukan merupakan kader binaan dari warga kecamatan setempat.
Seperti temuan wartawan Fakta Banten pada salah satu cabang perlombaan yaitu Musabaqoh Fahmil Qur’an (MFQ) yang digelar di SMP N 1 Kramatwatu.
Diketahui ada beberapa peserta yang mengaku bahwa mereka berasal dari luar Kabupaten Serang.
Seperti peserta MFQ Putri yang mewakili Kafilah Kecamatan Cikeusal, saat ditanya alamat rumah dan asal mereka, peserta tersebut menjawab bahwa mereka tinggal di luar Kabupaten Serang.
“Kalau Syifaul dari Kabupaten Lebak, cuma mondok di Kabupaten Pandeglang. Ni’matun juga dari Kabupaten Lebak, tapi kalau Azuhrah dari Kabupaten Tangerang, kita dari pondok yang sama di Pandeglang,” kata Siti Syifaul Hasanah, Siti Ni’matun Naqiyyah, dan Azuhrah Raya Aliefya, yang merupakan Tim MFQ Putri dari Kafilah Kecamatan Cikeusal.
Ketika ditanya mengenai nama pondok pesantren tempat mereka menimba ilmu, mereka sedikit ragu menjawab, bahkan saling melempar pertanyaan itu ke satu sama lain. Namun setelah ditanya lagi akhirnya mereka menjawab nama pondok pesantren mereka yang berada di Kabupaten Pandeglang.
“Emm… dari Ponpes Al-Hidayah Cisantri,” jawab mereka.
Selain mereka, ada juga peserta dari Kafilah Kecamatan Waringinkurung yang ternyata bertempat tinggal di Kota Cilegon.
“Kalau Rif’atussyakiroh dari Cilegon, Syifa dari (Kota) Serang, Serangnya di Pasar Rau, kalau Niha Salsabila di Serang, di Kecamatan Cikeusal,” kata Rif’atussyakiroh, Syifa, dan Niha Salsabila, yang merupakan satu Tim dari Kafilah Waringinkurung.
Jika kondisinya seperti ini, lalu apakah MTQ hanya merupakan ajang gengsi dan ambisi prestasi. Prestasi untuk siapa? (*/Hery)