Organisasi di Banten Ini Sukses Berdayakan Anggotanya untuk Produksi VCO

Dprd ied

SERANG – Kreasi usaha sekelompok pemuda yang bernaung dalam wadah Organisasi Masyarakat Pembela Tanah Air (PETA) Divisi 2 Banten ini mampu memproduksi produk kesehatan berbahan baku kelapa berupa Virgin Choconnut Oil (VCO).

Di sebuah tempat yang sederhana di Kampung Sumuranja, Desa Sumuranja, Kecamatan Puloampel, Kabupaten Serang, para pemuda ini membangun usaha kecil yang termotivasi dari organisasi PETA yang diikutinya.

Produk VCO hasil produksi para pemuda ini hanya menggunakan peralatan yang sederhana dan tidak rumit. Namun produk ini, pemasarannya sudah merambah ke luar Banten.

“Motivasi usaha ini dari organisasi PETA yang kita ikuti. Hasil produk kita ini dibikin oleh tangan kita sendiri. Bukan produk yang dibeli dari pasar dengan kekuatan modal atau uang terus ditempelkan label kita,” ujar Hasroni, Ketua PETA Div 2 Banten, Minggu (26/11/2017) malam.

Diketahui, bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat VCO ini semuanya dapat diperoleh dengan mudah dan murah. Bahan baku Kelapa, air mineral, ember plastik, dan kemasan.

“Prosesnya pembuatannya pembentukan bakteri secara alamiah dari kelapa. Metode tersebut disebutnya sebagai fermentasi, ketika bakteri dengan sendirinya bertumbuh di bahan baku santan,” jelasnya.

dprd tangsel

Hasroni juga menambahkan kalau usahanya tersebut dipelajarinya secara otodidak dengan panduan buku pembuatan VCO. Selain itu, dari produksi usahanya tersebut nyaris tidak menghasilkan limbah.

“Otodidak saja cuma kita tetap mempelajari buku tentang produksi VCO. Seluruh bagian dari buah kelapa bisa dimanfaatkan tanpa terbuang sia-sia, termasuk memanfaatkan blondo kelapa sebagai salah satu sumber gizi yang kaya manfaat,” jelasnya.

Bersama para pemuda lainnya, ia mengaku sudah cukup kewalahan untuk memenuhi banyaknya permintaan produk VCO ini, bahkan pasarnya telah menembus luar daerah.

“Untuk pemasaran sih tidak ada kendala, justru kita sudah keteteran untuk memenuhi pesanan dalam jumlah besar dari Jakarta dan Bandung. Sedangkan teman-teman baru bisa memproduksi sebanyak 10 liter per 3 hari saja. Ya kita sudah berencana, dalam waktu dekat ini untuk mendaftarkan VCO secara resmi ke BPOM dan Dinkes,” jelas Hasroni.

Namun dengan banyaknya industri dan reklamasi di wilayahnya yang perlahan namun pasti mengurangi keberadaan pohon kelapa, kondisi ini membuat kreasi usaha kecil para pemuda ini sedikit terkendala.

“Kendala utamanya adalah mencari kelapa dengan kualitas baik atay tua. Padahal daerah Puloampel dan Bojonegara dahulunya dikenal sebagai wilayah luas pesisir pegunungan yang banyak pohon kelapa. Tapi faktanya sekarang sudah makin berkurang,” pungkasnya. (*/Ilung)

Golkat ied