atas

Pencemaran Ciujung, Bupati Serang Dinilai Tak Peduli Lingkungan dan Masyarakat

SERANG – Pencemaran Sungai Ciujung menjadi polemik yang sudah berlangsung lama bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sungai. Pasalnya, pencemaran dari limbah industri di Sungai Ciujung mengakibatkan menurunnya kualitas air hingga ke tingkat yang membahayakan, sehingga air tidak bisa digunakan sesuai peruntukannya.

Masyarakat terpaksa harus menerima segala dampak buruk dari tercemarnya Sungai Ciujung oleh limbah-limbah industri. Padahal, aliran Sungai Ciujung merupakan sumber penghidupan bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sungai.

Belum optimalnya Pemerintah Kabupaten Serang menangani persoalan Sungai Ciujung turut mengundang reaksi dari berbagai pihak yang menuding pemerintah terkesan membiarkan persoalan yang terjadi pada Sungai Ciujung.

Seperti yang dilakukan oleh Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) se-Provinsi Banten yang menggelar aksi teatrikal sebagai bentuk protes kepada Pemkab Serang atas tercemarnya Sungai Ciujung, Senin (26/8/2019) kemarin, di depan Pendopo Bupati Serang.

Salah seorang peserta aksi, Ridho Rifaldi mengatakan bahwa Pemkab Serang terkesan diam dan tidak melakukan tindakan apapun atas kondisi Sungai Ciujung yang makin parah.

“Ketidakberpihakan Bupati Serang terhadap lingkungan membuat masyarakat tersakiti, pasalnya penanganan yang diperlukan menjadi hal yang ilusi,” ucapnya.

Menurutnya, ketidakberpihakan Pemkab Serang terhadap kondisi lingkungan bisa dilihat dari kondisi Sungai Ciujung yang sampai saat ini masih memprihatinkan.

“Sampai saat ini tidak ada penanganan sama sekali, tidak ada penanganan yang berarti dari Pemkab Serang,” ujarnya.

Sunat

“Bukti di lapangan sudah menunjukkan, Sungai Ciujung menghitam dan berbau,” imbuhnya.

Ia pun menyayangkan sikap dari Pemkab Serang yang terkesan acuh atas persoalan yang tengah terjadi pada Sungai Ciujung. Padahal, lanjutnya, tugas dan tanggungjawab Pemkab Serang sebagai pelaksana pemerintahan adalah sebagai pelayanan masyarakat.

“Sungai Ciujung hitam gitu dan bau, masyarakat mengeluh harus ke siapa?”, tanyanya.

Lebih lanjut, Ia menerangkan bahwa aksi teatrikal yang dilakukan pihaknya merupakan gambaran betapa negatifnya dampak yang diterima oleh masyarakat bila terus menjadikan air dari Sungai Ciujung sebagai sumber kehidupannya.

“Bupati Serang harus lihat gitu loh, masyarakat yang sehari-hari menggunakan air linbah dampaknya akan seperti tadi yang diceritakan oleh teman-teman melalui teatrikal,” jelasnya.

Ia pun meminta agar Pemkab Serang untuk lebih peduli terhadap masyarakat dengan cara serius menangani persoalan yang terjadi pada Sungai Ciujung. Ia juga meminta kepada pelaku-pelaku industri untuk taat terhadap regulasi yang sudah ditetapkan dengan tidak merugikan masyarakat kebanyakan.

“DLHK jangan main-main dengan amanahnya, ia bisa disitu karena uang rakyat. Bupati bisa tidur enak karena uang rakyat, jangan main-main sama amanah rakyat. Dan untuk perusahaan ikuti aturan, perusahaan itu didirikan untui nensejahterakan rakyat buian untuk membuat derita rakyat,” tegasnya.

Ia berharap agar Pemkab Serang serius melakukan upaya-upaya mengatasi persoalan Sungai Ciujung, dan berani bertindak tegas terhadap perusahaan-perusahaan yang diduga melanggar aturan-aturan yang ditetapkan dengan membuang limbah industri ke sungai.

“Kita ga muluk-muluk, revitalisasi sungai begitu. Bila perlu, kalau ada perusahaan yang tidak taat aturan, bor saja pembuangan limbahnya,” tutupnya. (*/Qih)

Bupati HUT pdg