SERANG – Sungguh miris dan ironis nasib keluarga korban meninggal akibat bencana tsunami Selat Sunda di Pantai Carita, Pandeglang.
Dalam kondisi duka karena ditinggal anggota keluarganya, musibah yang menimpa korban juga diduga dijadikan ajang bisnis oleh oknum di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Drajat Prawiranegara Serang. Pasalnya tiga dari keluarga korban meninggal yang dilarikan ke RSUD Serang pada Senin (24/12/2018) lalu, keluarganya diminta untuk membayar sejumlah biaya oleh oknum di rumah sakit pemerintah itu.
Pihak keluarga korban disodorkan kwitansi yang dikeluarkan bagian Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Serang untuk melakukan pembayaran dengan rincian biaya pemulasaraan jenazah, formalin dan mobil jenazah.
Badiamin Sinaga, perwakilan keluarga dari tiga korban tsunami yang meninggal bermarga Sinaga menyampaikan, dirinya merasa kecewa dan bingung karena ada penarikan biaya yang disodorkan salah satu oknum rumah sakit kepada keluarganya. Padahal sudah jelas ketiga korban meninggal tersebut adalah korban dari musibah bencana tsunami.
“Waktu itu keluarga kebingungan dengan adanya biaya yang harus dibayar pihak keluarga yang diminta oleh salah satu oknum di RSUD Serang, karena kebingungan serta bercampur dengan rasa panik agar urusan cepat selesai pihak keluarga langsung melunasi biaya ketiga korban yang sudah tertulis pada kwitansi,” ujar Badiamin.
“Ironisnya dalam hati kecil bertanya peruntukannya untuk apa penarikan biaya yang ada, apakah tidak ada bentuk bantuan terhadap korban bencana, sedangkan kelurga pun membutuhkan biaya untuk proses pemakaman,” ungkapnya miris.
Lanjut Badiamin, ketiga korban meninggal ditarik biaya berbeda-beda. Korban atas nama Ruspita Boru Simbolon Rp3.900.000 untuk biaya pemulasaraan jenazah, formalin dan mobil jenazah. Bayi Satria Sinaga ditarik Rp800.000 untuk biaya pemulasaraan jenazah, formalin, serta korban atas nama Santi Boru Sinaga Rp1.300.000 untuk biaya pemulasaraan jenazah dan formalin. Ketiga pembayaran tersebut dilakukan oleh Leo Manullang, keluarga korban.
“Dalam hal ini perlu dilakukan penelusan secara bersama-sama apakah ada permainan terkait biaya penangan jenazah korban bencana tsunami atau memang ada oknum di RSUD Serang yang sengaja mencari keuntungan dari korban bencana tsunami tersebut. Bila memang ternyata ada oknum yang dengan sengaja menarik biaya di luar sepengetahuan managemen rumah sakit, kami meminta kepada Ibu Bupati Serang untuk menindak tegas oknum tersebut,” ucapnya.
Sementara, Encup Suplikah, Wadir Umum dan Keuangan RSUD Serang saat dikonfirmasi wartawan melaui pesan singkat, mengaku dirinya belum mengetahui akan adanya hal tersebut. Dirinya pun berbalik bertanya kepada wartawan siapa oknum yang sudah melakukan hal tersebut.
“Siapa oknumnya, ada bukti pembayarannya, coba foto namanya. Sebentar ya, saya pagi ini sedang memakamkan paman saya yang meninggal,” katanya Rabu (26/12/2018).
Kasubag Program RSUD Serang, Agus, saat dikonfirmasi mengaku sudah mendapatkan info akan hal itu, dirinya mengaku saat ini sedang mendiskusikannya.
“Nanti Pak Wadir yang akan menyampaikan, hasil rapat kami pagi ini seperti itu, karena ada beberapa keluhan yang sama masuk ke kami, hal ini akan segera kami tindaklanjuti,” pungkasnya. (*/Ilung)
[socialpoll id=”2521136″]