Rhino Goes To School, Upaya BTNUK Ajarkan Komservasi Sejak Dini

PANDEGLANG – Sadar konservasi harus dimiliki setiap insan, hal ini demi menjaga keseimbangan, upaya penyadartahuan harus diberikan sejak usia dini terutama bagi pelajar yang tinggal di daerah sekitar kawasan kknservasi.

Hal inilah hang memicu inisiasi Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) untuk melakukan kegiatan pendidikan konservasi bagi siswa siswi di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 3 Pandeglang, melalui Rhino Goes to Shcool.

Bekerjasama dengan Nina Amban dari Bumi Edukasi Bogor sebagai fasilitator, Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) BTNUK menyelenggarakan Rhino Goes To School bersama perwakilan guru MTsN 3 Pandeglang, Kamis (2/8/2018).

Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Balai Taman Nasional Ujung Kulon Monica mengatakan, TNUK mencanangkan ada 20 sekolah di daerah penyangga kawasan hutan Taman Nasional Ujung Kulon akan menjadi  sasaran edukasi konservasi.

“Sudah di data, ada 20 sekolah yang akan kami kunjungi dalam rangka sosialisasi pendidikan konservasi dengan sasaran pelajar. Untuk remaja kegiatan pelatihan dan kaderisasi. untuk orang tua metodenya melalui acara tarling (sholat tarawih keliling, bulan Ramadhan),” terang Monica.

Nina Amban mengatakan, kegiatan edukasi (pendidikan-Ed) konservasi ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan kepada audien siswa siswi MTsN 3 Pandeglang, tentang pentingnya mengenali dan menjaga kelestarian alam dan lingkungan. Alam dan lingkungan adalah ibarat Rumah kita, harus dijaga dan dipelihara.

Kartini dprd serang

“Alam adalah rumah kita, harus kita jaga, jika kita tidak menjaganya alam akan rusak dan kerusakannya akan berpengaruh buruk pada kehidupan manusia di muka bumi,” kata Nina dalam menyampaikan materi edukasi.

Kemudian dalam pendidikan konservasi itu audien siswa dan siswi diarahkan untuk memiliki kepedulian, pengetahuan yang cukup terhadap alam dan lingkungan serta sikap positif terhadap menjaga kelestarian sumber daya alam (SDA).

Diterangkan narasumber dari Bumi Edukasi Bogor itu, bahwa dampak kerusakan alam akan menimbulkan bencana alam, kekeringan, pemanasan global, dan ketidaksukaan alam. “Alam memberikan kehidupan kepada manusia, karena itu manusia harus menjaga alam. Manusia tidak dapat hidup tanpa alam. Tapi alam dapat tumbuh dan hidup tanpa manusia. Karena itu manusialah yang harus menjaga dan melestarikan alam untuk kepentingan hidup manusia itu sendiri,” demikian disampaikan dalam materi.

Sementara narasumber dari PEH Balai TNUK Monica, menyampaikan tentang informasi situasi dan kondisi kekayaan alam yang berada di Taman Nasional Ujung Kulon,  berupa keanekaragaman hayati flora dan fauna serta ekosistemnya. Ekosistem adalah sekumpulan mahluk yang ada di satu tempat seperti ekosistem hutan, laut, Padang lamun, sungai dan rawa.

Diperkenalkan jenis tanaman obat-obatan, jenis-jenis angrek yang memiliki keindahan yang luar biasa, jenis-jenis satwa darat dan satwa laut yang terbilang langka dan terancam punah karena itu harus dilindungi dan dilestarikan. Seperti Badak Jawa, Owa, jenis-jenis burung, dan macam-macam satwa laut. “Taman Nasional Ujung Kulon adalah kawasan konservasi yang menyimpan dan melindungi keanekaragaman hayati flora dan fauna serta ekosistemnya, jadi kewajiban setiap orang, termasuk kita, yang harus menjaganya, agar alam memberikan timbal balik keuntungan bagai hidup kita, manusia, Ujung Kulon ibarat rumah kita, tempat kita berlindung dan kembali” terang Monica.

Di semenanjung Ujung Kulon, masih terang Monica, terdapat Populasi badak Jawa (Rhinoseros sondaicus) yang kini tercatat populasinya berjumlah 68 ekor. Luas areal di semenanjung Ujung Kulon 30.000 hektar, tapi hanya 20.000 hektar yang menjadi habitat badak Jawa. (*/Red)

Polda