Kabare eRha Santuni Siti Afiyah, Korban Tsunami Selat Sunda di Cilegon

CILEGON – Tim Kabare eRha (Komunitas Bature Haji Rosid Haerudin) mengunjungi kediaman mendiang Siti Afiyah (Turah) warga Ramanuju Tegal RT 01, RW 11, Kelurahan Citangkil, Kecamatan Citangkil, Kota Cilegon, salah seorang korban meninggal dunia saat Tsunami Selat Sunda yang terjadi pada 22 Desember 2018 lalu.

Dalam kunjunganya, Tim Kabare eRha yang dikomandoi oleh Mamak Naziulloh selaku Kordinator Kabare eRha dengan di dampingi oleh pengurus langsung memberikan bantuan kepada keluarga Siti Afiyah yang diterima oleh Hartoyo selaku suami dari korban.

Mamak mengatakan, kedatanganya ke kediaman keluarga Hartoyo menyampaikan amanat Haji Haerudin selaku pembina dari Kabare eRha yang peduli atas keluarga Hartoyo yang pada saat Tsunami Selat Sunda istri dari Hartoyo yang bernama Siti Afiyah menjadi korban Tsunami.

“Amanat ini langsung saya sikapi dengan memberikan bantuan kepada korban, bantuan yang tidak seberapa ini semoga meringankan beban dari keluarga korban,” katanya di lokasi, Minggu (6/1/2019).

Lebih lanjut dikatakannya, selain istri Hartoyo meninggal dunia, putri dari Hartoyo juga harus dirawat di Rumah Sakit Krakatau Medika (RSKM) dan harus membayar uang perawatan yang cukup besar.

“Dan atas dasar itu kami merasa prihatin dan berbela sungkawa atas peristiwa ini, dan ini adalah sebagai bentuk kepedulian kami pada korban dengan membantu alakadarnya,” ujar Mamak.

Sementara itu Hartoyo mengaku tidak bisa membalas budi baik dari tim Kabare eRha yang sudah peduli membantu kepada keluarganya.

“Budi baik dari Tim Kabare eRha saya tidak bisa membalasnya, biarlah Allah membalas budi baik ini,” ujarnya dengan mata berkaca – kaca.

 

Membayar bea perawatan di RSKM

Ketika ditanya prihal kejadian ini, Ia mengaku tidak tahu persis kejadiannya karena pada pristiwa ini Ia sedang berada di luar Kota yakni di Palembang.

“Pada saat kejadian saya berada di Palembang mendengar kejadian tersebut saya langsung pulang alangkah kagetnya Istri saya dan putri saya menjadi korban Tsunami Selat Sunda, istri saya meninggal sedangkan putri saya selamat dan harus dirawat di RSKM,” ujarnya.

Masih kata Hartoyo, karena luka yang sangat serius putrinya dirawat di RSKM dengan biaya sendiri, dengan alasan tidak masuk BPJS Kesehatan Ia harus membayar semua perawatan yang disodorkan oleh pihak RSKM.

“Alhamdulillah putri saya saat ini sudah agak sedikit sembuh dan diperbolehkan pulang dengan biaya kami sendiri, pada peristiwa ini ada 12 korban dari keluarga besar kami yang meninggal dunia termasuk istri saya tercinta,” ujarnya.

Di tempat terpisah pembina Kabare eRha (Komunitas Bature Haji Rosid Haerudin) sekaligus Bendahara Partai Amanat Nasional (PAN) Kota Cilegon dan Bendahara Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI) wilayah Banten, Caleg DPR RI dapil Banten 2 Rosyid Haerudin mengatakan, masalah di masyarakat bukan tanggungjawab pemerintah saja, namun tanggungjawab bersama elemen masyarakat.

“Bantuan yang tidak besar dari kami ini semoga memicu yang lain agar peduli pada sesama karena masalah ini bukan tanggungjawab pemerintah saja namun tanggungjawab kita sebagai elemen dari masyarakat, pesan saya semoga keluaga Pak Hartoyo tabah dan sabar ambil hikmahnya dalam peristiwa ini,” tukasnya. (*/RedRT)

Honda