Gerindra

Mengenal Sate Bandeng, Kuliner Khas Warisan Keraton Banten

 

FAKTA – Sate di Indonesia umumnya terbuat dari daging ayam, sapi, kambing, atau kerbau dengan bumbu kacang.

Namun, di Banten, khususnya di wilayah Serang dan Cilegon, terdapat sate yang unik karena berbahan dasar ikan bandeng.

Sate bandeng ini menggunakan bumbu khas yang terdiri dari santan dan rempah-rempah, menciptakan cita rasa khas yang melekat di lidah penikmatnya.

1. Sejarah dan Asal-usul Sate Bandeng

HUT Gerindra Atas

Sate bandeng bukan sekadar makanan, tetapi juga bagian dari sejarah Banten. Hidangan ini berasal dari lingkungan keraton pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin, sultan pertama Banten yang memerintah pada 1552-1570.

Pada masa itu, pusat pemerintahan Banten berada di Surosowan, Serang, yang terletak dekat Laut Jawa.
Wilayah Banten dikenal memiliki tambak-tambak bandeng yang sudah ada sejak pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin.

Bukti keberadaan tambak ini ditemukan dalam penelitian arkeologis oleh Sutikno, Jomulyo, dan Widya Nayati pada 1981. Mereka menemukan bentuk tambak yang menyerupai ikan pari melalui pemotretan udara serta bekas pondasi bangunan di sekitarnya yang diduga sebagai pasar, dermaga, atau bangunan pertahanan.

Meskipun pertambakan bandeng juga terdapat di pesisir utara Jawa sejak masa Majapahit, pemanfaatan ikan bandeng di Banten memiliki keunikan tersendiri. Selain dijadikan komoditas perdagangan, ikan ini juga diolah menjadi makanan khusus untuk keluarga sultan dan para tamu kehormatan.

2. Kreasi Kuliner dari Juru Masak Keraton

Gerindra tengah

Sultan Maulana Hasanuddin sangat menyukai ikan bandeng dan sering menyajikannya kepada tamu-tamu kerajaan.

Namun, ikan bandeng terkenal memiliki banyak duri kecil yang menyulitkan saat disantap. Oleh karena itu, juru masak keraton mencari cara agar ikan ini lebih mudah dikonsumsi tanpa mengurangi cita rasa dan kandungan gizinya.

Akhirnya, ditemukan teknik pengolahan unik yang menjadi ciri khas sate bandeng. Ikan bandeng dibelah dua tanpa merusak kulitnya, kemudian dagingnya dikeluarkan dan dihaluskan menggunakan gilingan. Setelah itu, duri-duri kecil dipisahkan dengan saringan khusus.

Daging bandeng yang telah halus kemudian dicampur dengan bumbu rempah dan santan, lalu dimasukkan kembali ke dalam kulitnya. Agar tetap utuh, ikan dijepit dengan bambu dan dibakar hingga matang.

Satu tusuk sate bandeng bisa cukup untuk lima orang, menjadikannya hidangan yang istimewa dan bernilai tinggi pada masanya. Sultan Hasanuddin bahkan sering membanggakan sate bandeng sebagai hidangan khas Banten kepada tamu-tamunya.

3. Sate Bandeng Sebagai Warisan Budaya

Teknik pembuatan sate bandeng diwariskan secara turun-temurun, menjadikannya usaha keluarga yang bertahan hingga kini. Para penjual sate bandeng masih dapat ditemui di sepanjang Jalan Raya Serang dan Cilegon, menawarkan cita rasa autentik yang telah bertahan selama berabad-abad.

Keunikan sate bandeng terletak pada cara pengolahannya yang tidak hanya menghilangkan duri tetapi juga menjaga rasa dan kandungan gizi ikan. Hal ini membuat sate bandeng tetap diminati oleh masyarakat lokal maupun wisatawan yang berkunjung ke Banten.

Dengan sejarahnya yang panjang dan cita rasanya yang khas, sate bandeng Banten bukan sekadar makanan, tetapi juga warisan budaya yang mencerminkan kejayaan Kesultanan Banten.

Bagi pecinta kuliner, mencicipi sate bandeng adalah pengalaman yang tak boleh dilewatkan saat berkunjung ke Banten. ***

KPU Pandeglang Penetapan Pemenang Pilkada
Gerindra bawah berita
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien