Gerindra

Harga Gas LPG 3 Kg Tidak Seragam, Aktivis Lebak Desak Pemerintah dan Pertamina Turun Tangan

 

LEBAK – Harga gas elpiji 3 kg yang seharusnya terjangkau bagi masyarakat justru menimbulkan polemik di lapangan.

Pasalnya, harga jual di pangkalan dan pengecer di Kabupaten Lebak tidak seragam.

Kondisi ini membuat warga resah karena harus mengeluarkan biaya lebih tinggi untuk mendapatkan bahan bakar utama mereka.

Melihat fenomena ini, aktivis meminta Pemerintah dan Pertamina segera turun ke lapangan untuk menelusuri penyebab perbedaan harga yang merugikan masyarakat.

HUT Gerindra Atas

Di beberapa wilayah di Lebak, harga gas elpiji 3 kg bisa berbeda-beda. Ada yang masih mendapatkan harga normal sekitar Rp18.000-Rp20.000 per tabung di pangkalan resmi, tetapi di pengecer, harga bisa melambung hingga Rp 25. 000 bahkan Rp30.000.

Hal ini membuat masyarakat kecil yang sangat bergantung pada gas bersubsidi harus mengeluarkan uang lebih banyak dari seharusnya.

Siti (38), warga Rangkasbitung, mengeluhkan ketidakjelasan harga tersebut.

“Di pangkalan resmi memang murah, tapi cepat habis. Kalau beli di warung, harganya naik hampir dua kali lipat. Kami tidak punya pilihan, mau masak ya harus beli, meskipun mahal,” kata dia kepada Fakta Banten, Rabu (5/2/2025).

Melihat kondisi ini, Muhamad Apipi, seorang aktivis sosial di Lebak, mendesak Pemerintah dan Pertamina untuk turun langsung menelusuri penyebab ketidakseragaman harga ini.

Gerindra tengah

Menurutnya, ada indikasi dugaan penyimpangan distribusi atau permainan harga yang merugikan masyarakat.

“Gas elpiji ini kebutuhan pokok masyarakat. Seharusnya harganya diawasi dengan ketat, jangan sampai ada pihak yang mengambil keuntungan besar sementara rakyat kecil makin kesulitan,” tegas Apipi.

Ia juga menyoroti lemahnya pengawasan pemerintah daerah terhadap distribusi gas elpiji.

“Jangan hanya diam di balik meja, turun ke lapangan! Pastikan masyarakat mendapatkan harga sesuai aturan. Jika ada yang bermain, harus ditindak tegas,” lanjutnya.

Salah satu penyebab harga gas tidak seragam diduga karena adanya penimbunan atau permainan stok di tingkat distributor dan pengecer.

Aktivis dan masyarakat berharap dinas terkait segera melakukan inspeksi mendadak (sidak) untuk memastikan tidak ada penyalahgunaan distribusi yang merugikan konsumen.

Hendra, seorang pengamat kebijakan energi, mengatakan bahwa harga gas elpiji seharusnya tidak boleh melebihi batas yang telah ditetapkan pemerintah.

“Jika ada harga yang melonjak jauh dari ketentuan, itu artinya ada masalah di rantai distribusi. Ini yang harus diawasi secara ketat,” paparnya.

Hingga kini, masyarakat hanya bisa berharap ada tindakan tegas dari pihak terkait. Mereka meminta agar pemerintah daerah bekerja sama dengan Pertamina untuk menelusuri akar permasalahan harga gas elpiji yang tidak seragam.

“Kami hanya ingin harga normal dan mudah didapat. Kalau tidak ada tindakan, kami makin terbebani dengan harga yang tak menentu,” kata Jajang (45), seorang pedagang di Cibadak. (*/Sahrul).

KPU Pandeglang Penetapan Pemenang Pilkada
Gerindra bawah berita
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien