Hujan Turun di Puncak Es Greenland Bikin Ahli Khawatir
JAKARTA – Hujan mengguyur puncak es Greenland pada Sabtu (14/8). Menurut data National Science Foundation’s Summit Station sekitar 7 miliar ton hujan telah mengguyur selama lebih dari 24 jam.
Hujan di puncak Greenland merupakan kejadian pertama kali dalam sejarah dan menyebabkan temperatur di puncak gunung meningkat. Fenomena ini juga tercatat sebagai hujan “paling lebat” di Greenland sejak 1950.
Para ilmuwan mengatakan kejadian hujan ini dikenal sebagai antisiklon. Kondisi ini membuat cuaca panas bertahan hingga menciptakan gelombang panas di suatu area dalam jangka waktu yang lama.
Antisiklon di permukaan es Greenland disebabkan oleh udara hangat dan uap air yang didorong oleh tekanan udara yang tinggi dari tenggara Greenland dan pulau Baffin.
Tidak hanya itu, hujan ini turut membuat es di Greenland mencair hingga 872 ribu kilometer persegi atau setara dengan ukuran negara Namibia di Afrika.
“Sebelumnya tidak ada laporan tentang hujan di lokasi ini, dengan ketinggian 3,216 meter” ujar peneliti National Snow and Ice Data Center (NSIDC) dalam rilis resminya.
Sejak Februari 2021, beberapa peneliti telah mengingatkan bahaya jika lapisan es di Greenland mencair. NSIDC melaporkan 21,3 juta kilometer persegi wilayah yang ditutupi es kini telah mencair.
Pada Juli, 2021 lapisan es di Greenland mencair cukup signifikan dalam dekade terakhir, yaitu kehilangan lebih dari 8,5 miliar ton permukaan es dalam satu hari dikutip dari CNN, Minggu (22/8).
Pada 2019, Greenland menumpahkan sekitar 532 miliar ton es ke laut. Hal itu diduga disebabkan gelombang panas sepanjang Juli menyebabkan hampir seluruh permukaan lapisan es mulai mencair. Akibatnya, permukaan laut global naik secara permanen sebesar 1,5 milimeter.
Perubahan iklim dalam beberapa tahun terakhir menjadi menarik perhatian khusus para ahli. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merilis laporan tentang Bumi suhu panas Bumi naik 1,5 derajat Celcius dalam 20 tahun ke depan.
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menjelaskan ini sebagai sinyal bahaya untuk makhluk Bumi karena meningkatnya suhu bumi akan membawa banyak kekeringan dan sebagian belahan Bumi mengalami kebanjiran. (*/CNN)