
Eks Pabrik Minyak Peninggalan Belanda di Rangkasbitung Tak Terawat
LEBAK – Pabrik minyak kelapa atau N. V. Maatschappij tot Exploitatie van Olie fabriek terletak di belakang Rabinza, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.
Pabrik tersebut didirikan pada tahun 1918 guna kepentingan Kolonial Belanda.
Berdasarkan pantauan, potret bangunan minyak sangat memprihatinkan karena terlihat tidak terawat dan banyak tumbuhan yang tumbuh di bangunan itu.
Sejarawan Lebak, Yoga menjelaskan, berdasarkan informasi pabrik minyak tersebut konon produksinya terbesar se-Asia Tenggara bernama Mexolie.
“Pabrik itu adalah salah satu cara para Belanda mengeruk sumber kekayaan. Bahkan, di sejumlah daerah juga didirikan pabrik yang sama,” ujarnya kepada Fakta Banten, Kamis (2/1/2025).
Ia mengungkapkan, pabrik tersebut bangkrut karena terkalahkan oleh minyak sawit yang harganya lebih murah.
“Pada tahun 2006 atau 2007, pabrik itu berhenti beroperasi, kemudian pabrik semakin terpuruk, mesin rusak, dan para pegawai satu per satu keluar,” ucapnya.
Dilanjutkan Yoga, kemudian puncak bangkrutnya pada tahun 2009. Kini, sejarah pabrik minyak sudah mulai dilupakan oleh masyarakat.
“Karena tidak terawat, banyak warga yang tidak mengetahui sejarah tentang jayanya pabrik minyak di Lebak,” pungkasnya.
Sementara itu, Sejarawan lainnya, Ibnu mengungkapkan, bahwa pabrik terbengkalai itu milik PT Semarang yang pendirinya diduga berasal dari Tionghoa keturunan Jawa.
“Ada berbagai versi ya, yang saya ketahui seperti itu, dulunya ini adalah pabrik yang menjadi pusat pengiriman minyak kelapa di Banten,” tandasnya. (*/Sahrul)