Miris! Pernah Tak Makan Tiga Hari, Warga Lebak 10 Tahun Bertahan di Rumah Hampir Roboh

 

LEBAK – Di sisi perkotaan Kabupaten Lebak tepatnya di Kampung Dukuh Gunung, RT/RW 01/05 Desa Padasuka, Kecamatan Maja sebuah keluarga harus bertahan hidup dalam kondisi yang memprihatinkan.

Tidak hanya tinggal di rumah yang nyaris ambruk, mereka juga pernah harus berpuasa tiga hari karena tak ada makanan yang bisa dimasak.

Rumah kayu reyot milik Bu Mariah (34) dan suaminya, Pak Sama (32), berdiri di atas tanah yang kering dan retak.

Atap bocor, dinding berlubang, dan lantai yang hampir roboh menjadi pemandangan sehari-hari mereka.

Bagi keluarga ini, bertahan hidup lebih mendesak dibandingkan sekadar memperbaiki rumah.

“Kami sudah biasa tidur dalam keadaan lapar. Pernah tiga hari kami cuma minum air karena tidak punya beras. Gimana mau benerin rumah, buat makan saja susah, kalau masak juga pakai kayu, karena tidak kebeli gas,” kata Mariah sambil mengusap air mata didepan Fakta Banten, Kamis (13/2/2025).

“Anak saya mau jajan juga harus nangis-nangis karena keadaan kami serba kekurangan. Apalah daya kami hanya bisa bertahan hidup dengan keadaan yang seperti ini, sedih mah sedih, tapi jadi terbiasa, namanya juga hidup ya,” sambungnya.

Sementara itu, Pak Sama yang bekerja sebagai buruh serabutan, kesulitan mendapatkan pekerjaan karena lulusan SD.

Kemudian, anak-anak mereka yang masih kecil hanya bisa pasrah menerima keadaan.

Kondisi keluarga ini bukan hanya soal kemiskinan, tetapi juga minimnya perhatian dari pihak terkait.

“Kondisi kami sudah berlangsung puluhan tahun, gimana mau benerin rumah kerja cuman kuli bangunan, paling sehari dapat Rp 50 ribu, kadang kalau tidak ada job tidak dapat uang. Tapi Alhmdulillah ada saja rezeki mah,” terang Sama.

Dilanjutkannya, memang dirinya sekeluarga pernah tidak makan selama tiga hari.

“Ya, sedih mah sedih, tapi mau gimana lagi, nyari kerja juga susah, pas tidak makan ada tetangga yang ngasih makan, terus makan sehari-hari juga seadanya,” paparnya.

Sama mengaku, belum pernah mendapatkan bantuan pembangunan rumah.

“Sebelumnya kan saya tinggal sama mertua (Sumanta) , tapi karena rumahnya sempit dan kondisi rumahnya sama, ada dermawan yang membangunkan rumah saya. Tapi kalau dari pemerintah belum pernah ada,” ujarnya.

Ia butuh bantuan nyata, bukan sekadar wacana. Rumah yang lebih layak dan akses pangan yang cukup menjadi impian sederhana mereka.

“Kami tidak minta mewah, cuma ingin hidup lebih layak. Kalau hujan, kami tidak kehujanan dan tidak takut roboh. Kalau malam, kami bisa tidur tanpa rasa lapar,” kata Sama.

Kini, keluarga ini hanya bisa berharap, menunggu kepedulian datang sebelum rumah mereka benar-benar roboh atau sebelum perut mereka kembali harus bertahan tanpa makanan.(*/Sahrul).

WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien