Isak Tangis Warnai Wawancara Rumah Hampir Roboh di Lebak, Ibu Mariah dan Tetangga Tak Kuasa Menahan Air Mata
LEBAK – Suasana haru menyelimuti sebuah wawancara di Kampung Dukuh Gunung, Desa Padasuka, Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak, saat Ibu Mariah (34) tak mampu menahan air matanya menceritakan perjuangan hidup di rumah yang nyaris roboh.
Mariah dan Sama hidup di rumah hampir roboh sudah berlangsung sejak 10 tahun lamanya. Bahkan, mereka belum pernah tersentuh bantuan.
Bukan hanya dirinya, tetangga yang turut menyaksikan momen itu pun ikut terisak, tak kuasa melihat penderitaan yang dialami wanita memiliki anak dua tersebut.
Dengan suara bergetar, Ibu Mariah berkisah tentang hari-harinya yang penuh keterbatasan. Tinggal berempat di rumah berdinding bilik bambu yang sudah lapuk, ia harus berjuang untuk sekadar bertahan hidup.
Saat hujan turun, air merembes masuk dari atap yang bocor, dan angin malam sering kali menusuk hingga ke tulang.
“Saya sudah tidak kuat lagi, setiap malam saya tidur sambil berdoa supaya rumah ini tidak roboh, kalau hujan besar saya suka mengungsi ke rumah tetangga,” kata dia kepada Fakta Banten sambil menangis, Kamis (13/2/2025).
Tetangganya, Bu Titi yang ikut menemani wawancara, tak bisa menyembunyikan kesedihannya.
Ia mengusap air mata yang jatuh di pipinya sambil berusaha menenangkan Ibu Mariah.
“Kami hanya bisa membantu sebisa mungkin, tapi kondisi kami juga sulit. Kalau ada rezeki lebih, kami kasih makan. Tapi untuk memperbaiki rumahnya, kami juga tak sanggup,” kata Bu Titi, suaranya serak menahan tangis.
“Bahkan pas melahirkan juga tidak ada bantuan, pokoknya bu Mariah serba kekurangan hidupnya,” lanjutnya.
Ironisnya, meski sudah bertahun-tahun hidup dalam kondisi memprihatinkan, Ibu Mariah mengaku belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah. Setiap ada program bantuan, namanya selalu terlewat.
“Saya pernah dengar ada bantuan untuk orang miskin, tapi saya tidak tahu caranya. Kadang saya hanya bisa pasrah, mungkin memang tidak ada yang peduli,” katanya lirih.
“Ada juga BPJS. Tapi kan bukan buat makan cuman buat pas sakit saja, terus bantuan PIP juga ke anak cuman sekali doang ga ada lagi,” imbuhnya.
Sambil menatap langit-langit rumah yang sudah mulai miring, Ibu Mariah berharap ada keajaiban yang datang untuknya.
Ia hanya ingin hidup dengan tenang bersama keluarganya. Tanpa khawatir rumahnya akan runtuh sewaktu-waktu.
“Saya tidak minta banyak, hanya ingin rumah saya bisa diperbaiki supaya saya bisa tidur dengan aman,” ujarnya.
Tangis kembali pecah. Bukan hanya Ibu Mariah, tapi juga para tetangga yang hadir. Mereka berharap kisah ini sampai ke telinga para pemangku kebijakan, agar segera ada tindakan nyata sebelum terlambat. (*/Sahrul).