Penghasilan Tak Ada, Masyarakat Minta Penutupan Stasiun Rangkasbitung Dikaji Ulang

LEBAK – Dengan dikeluarkannya surat pemberhentian layanan KRL selama pelarangan mudik dari tanggal 6 sampai 17 Mei 2021 di Stasiun Rangkasbitung hal ini dirasa memberatkan banyak masyarakat.

Satu hari sudah berlaku aturan tersebut, dan kini mendatangkan kondisi yang memprihatinkan bagi masyarakat yang menggantungkan kehidupannya pada Pasar Rangkasbitung dan juga stasiun Kereta Api Rangkasbitung, terkhusus para pedagang, tukang ojek, sampai sopir angkot yang mengeluhkan kondisi sepi pengunjung akibat berhentinya layanan KRL.

Fahri perwakilan kumpulan tukang ojek yang ada di lingkungan pasar juga Stasiun Rangkasbitung yang memiliki anggota sekitar tiga ratus orang, menyampaikan pandangannya tentang kebijakan pemerintah.

Pertama tukang ojek tidak memiliki Tunjangan Hari Raya (THR), mengandalkan aktivitas masyarakat yang ada di sekitar pasar juga stasiun, terlebih mendekati Hari Raya Idul Fitri.

“Biasanya penumpang agak sedikit mengalami kenaikan bukan malah penurunan drastis apalagi hingga tidak ada penghasilan sama sekali karena kebijakan pemerintah hari ini,” kata Fahri, perwakilan Tukang Ojek kepada Faktabanten.co.id, Jum’at (07/5/2021).

“Saya mewakili masyarakat yang berprofesi sebagai tukang ojek dengan jumlah sekitar tiga ratusan orang, merasa amat sangat sedih karena sudah tidak mendapatkan THR. Moment setahun sekali yang ditunggu hilang harapannya dengan kebijakan pemerintah, yang kami nilai kurang mempertimbangkan masyarakat secara keseluruhan seperti kami yang menggantungkan diri pada masyarakat yang ada di lingkungan pasar juga stasiun Rangkasbitung,” imbuhnya.

Lantik dprd

Sedangkan Robi yang datang daripada perwakilan sopir angkot jurusan terminal Kalijaga-Mandala dengan jumlah seratus orang mengungkapkan, untuk kebijakan pemerintah saat ini terhadap penutupan akses Kereta Api Stasiun Rangkasbitung sangat merugikan pihaknya.

“Biasanya kami mengharapkan rizki setahun sekali yang mana itu bisa dirasakan oleh pihak keluarga, ini mah yang ada tidak ada dan harus menombok untuk biaya operasional mencari penumpang,” terang Robi.

“Jangankan untuk beli baju lebaran istilahnya, ini mah buat zakat fitrah juga yang kewajiban setiap pribadi muslim masing-masing, kami masih kebingungan,” ungkap Robi.

Di sisi lain, Rudiana perwakilan pedagang dengan jumlah sekitar seratus orang lebih menyampaikan harapannya tentang kondisinya juga rekan-rekannya.

“Harapannya ada kebijakan pemerintah yang itu tidak merugikan pihak yang lainnya, kepada pemerintah mulai daripada Bupati, Gubernur, hingga Presiden bahkan. Untuk memberikan kebijakannya terkait kondisi hari ini yang merugikan kami para pedagang, tukang ojek, hingga para sopir angkot yang ada di wilayah pasar dan stasiun Rangkasbitung,” harap Rudi.

“Insya allah kami juga tidak sampai disini memperjuangkan hak kami, hari senin kami akan melayangkan surat musyawarah kepada Bupati Lebak untuk mencari solusi atau jalan tengah agar apa. Kesehatan masyarakat terjaga dan juga ekonomi kami juga tidak terganggu dengan kebijakan yang menurut kami sepihak ini,” tegas Rudi. (*/EzaYF).

WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien