Polemik Ribka Tjiptaning: Tak Mau Divaksin Corona hingga Sebut Sinovac Rongsokan
JAKARTA – Anggota DPR dari Fraksi PDIP, Ribka Tjiptaning, menjadi sorotan publik karena terang-terangan menolak vaksin corona Sinovac.
Pernyataannya ini disampaikan langsung kepada Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam raker perdana Menkes dan Komisi IX beberapa hari lalu.
Ribka kembali membuat pernyataan kontroversial dalam raker hari kedua dengan Komisi IX DPR
Dalam Rapat bersama Menkes, Ribka menyebut vaksin Sinovac sebagai barang rongsokan yang sudah tidak dipakai di negara asalnya, China.
“Saya sudah bilang negara tidak boleh berbisnis dengan rakyatnya. Sinovac ini kan kalau kebetulan saya punya banyak teman di China. Sebetulnya Sinovac ini, istilahnya apa ya, barang rongsokanlah di sana itu. China sendiri sudah jarang pakai Sinovac sebenarnya,” ujar Ribka dalam rapat di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat.
Ribka menilai, harusnya Indonesia mengoptimalkan produksi vaksin Merah Putih buatan anak bangsa dibandingkan menggunakan Sinovac.
“Kenapa Merah Putih tidak kita seriuskan lagi sehingga lebih ya sudah ambil Sinovac aja istilahnya,” kata Ribka yang juga seorang dokter ini.
Dimarahi Sekjen PDIP Karena Tolak Vaksin
Karena pernyataannya yang menolak vaksin, Ribka mengaku dimarahi oleh Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.
“Jadi, Pak Hasto (Sekjen PDIP) marah-marah sama saya. Tapi itu risiko,” tuturnya.
Menurutnya sebagai seorang dokter, ia harus bersumpah melindungi pasien. Kini, ia menjadi wakil rakyat di parlemen, maka dia harus melindungi rakyat.
“Apalagi sekarang sudah di wakil rakyat melindungi rakyatnya. Jadi dokter sebagai wakil rakyat, ini apa-apa juga kesehatan aku enggak mudah terima,” papar Ribka yang juga Ketua DPP PDIP itu.
Jauh sebelum menolak vaksin, Ribka juga pernah mengeluarkan pernyataan bahwa MERS dan SARS lebih berbahaya daripada corona.
“Ini lebih bahaya MERS dan SARS dibanding itu dari pada si corona, kecuali ‘komunitas rondo mempesona’. Bahaya itu pengguna coronanya itu, sebab hati-hati itu ya kan,” kata Ribka.
Dalam kesempatan itu, Ribka juga menyinggung perang dagang antara China dan Amerika, sehingga Indonesia harus berhati-hati menyikapi virus corona yang sudah membuat geger di Wuhan, China itu.
“Ini lama-lama China bisa diembargo ini, mainan Amerika juga, karena ini persaingan. Negara super powernya kan Amerika dan China, ini kita juga harus berhati hati menyikapi ini. Itu flu burung itu terakhir ternyata tidak ditemukan H5N1. Makanya saya menolak anggaran 490 M waktu itu. Saya tidak mau tanda tangan itu dengan Bu Siti Fadilah,” tuturnya.
Selain menyinggung vaksin, Ribka juga menyoroti kekurangan SDM kesehatan, khususnya di tengah pandemi. Ia bahkan menyayangkan pemerintah yang tidak memanfaatkan dokter-dokter muda untuk penanganan pandemi.
Menurut Ribka, rumah sakit seperti RSCM dan RS Fatmawati kewalahan menangani pasien virus corona bukan karena ruang rawatnya yang tidak ada.
Melainkan karena kekurangan SDM, sehingga ia mendesak Menkes Budi Gunadi Sadikin untuk melakukan terobosan.
“Beberapa rumah sakit tuh kayak SDM-nya tidak ada. Ini harus ada terobosan supaya saudara Menteri bisa jawab, gitu loh. Supaya tidak terkesan bahwa Menkesnya ini Menteri Vaksin atau Menteri COVID-19 gitu. Tapi Menteri Kesehatan seutuhnya, bisa jawab semuanya. Kan biasanya juga di belakang-belakang teman-teman Dirjen ini bisa jawab, kan gitu, bisa dibantu,” tuturnya.
Ribka menegaskan Menkes juga harus bisa menjawab permasalahan SDM kesehatan. Bukan hanya soal vaksin.
“Meskipun ini prioritas vaksin, tapi bisa jawab. Ini kan berkaitan juga masalah SDM macam-macam,” pungkasnya. (*/Kumparan)