Rakernas dalam Pusaran Problematika Pendidikan dan Pengkaderan Mathla’ul Anwar
oleh: Ukun Kurnia
Mathla’ul Anwar merupakan ormas keagamaan tertua kedua setelah Mathla’ul Anwar yang bergerak di bidang dakwah, pendidikan dan pengembangan ekonomi ummat. Sebagai ormas tertua yang memiliki komitmen terhadap pengelolaan pendidikan idealnya Mathla’ul Anwar
srkarang menjadi pionir dan mayoritas dalam bidang pendidikan di Indonesia
baik dari sisi kuantitas maupun kualitasnya. Akan tetapi dalam hal pendidikan, Mathla’ul Anwar belum menjadi mayoritas dalam kedudukan pendidikan nasional, bahkan di Banten sekalipun sebagai tanah kelahiran Mathla’ul Anwar. Pendidikan yang dimiliki oleh ormas ini belum menjadi kiblat
pendidikan di Banten. Sudah menjadi rahasia kita bahwa pendidikan yang dikelola oleh MA di pandang selalu berada pada posisi deretan kedua atau posisi marginal (red: dimarginalkan), Akibatknya Mathla’ul Anwar sebagai ormas terbesar di Banten belum mampu mewarnai kebijakan pendidikan di tingkat local apalagi di level nasional.
Ini mengindikasikan bahwa pendidikan yang dikelola oleh Mathla’ul Anwar dibalut sejumlah problematika. Di antara problem dan sekaligus sebagai tantangan yang selama ini dihadapi oleh pendidikan Mathla’ul Anwar dapat diidentifikasi beberapa problema pokok sebagai berikut:
(a) rendahnya kualitas pendidikan,
(b) rendahnya kualitas pendidik,
(c) kurangnya dana pendidikan,
(d) kurangnya sarana dan prasarana pendidikan,
(e) lemahnya manajemen sekolah, dan
(f) belum dimilikinya data-base pendidikan.
Akibat dari kelemahan tersebut, menjadikan sebagian besar pendidikan Mathla’ul Anwar masih menghadapi siklus negatif yang berupa lingkaran setan yaitu : ‘kepercayan masyarakat terhadap sekolah menurun”
—> “siswa sedikit dan mutu rendah”
—> “pendanaan sekolah tidak terpenuhi”
—> “profesionalisme rendah, fasilitas tidak memadai”
-> “budaya organisasi sekolah tidak mendukung”
—> proses pembelajaran tidak efektif”
—> “output tidak berkualitas”
-> “kepercayaan masyarakat terhadap sekolah menurun”.
Gambaran tersebut mengilustrasikan betapa lingkaran setan ke-tidakberdayaan membelenggu sebagian besar lembaga pendidikan Mathla’ul Anwar. Juga menggambarkan bahwa organisasi pendidikan merupakan organisasi yang kompleks dan upaya untuk melakukan perubahan terhadapnya dihadapkan pada persoalan yang kompleks dan rumit.
Disamping problematika tersebut, pendidikan Mathla’ul Anwar menghadapi beberapa tantangan yang bersifat khusus, pertama, tantangan persaingan dengan lembaga pendidikan lain yang banyak mempunyai keunggulan tertentu, baik dari sarana prasarana maupun program yang
dikembangkan, kedua, tantangan yang berkaitan dengan proses pembelajaran
maupun kelembagaan yang memungkinkan dihasilkannya lulusan pendidikan Mathla’ul Anwar yang berkualitas dan relevan dengan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang, ketiga, tantangan yang berkaitan dengan validitas nilai, yaitu seberapa jauh sekolah-sekolah Mathla’ul Anwar mampu mengaktualisasikan misinya sebagai sekolah Islam di tengah gejolak perubahan dan globalisasi.
Di sisi lain, pendidikan Mathla’ul Anwar juga dihadapkan pada problem riil berkaitan dengan kebijakan pemerintah yang terkadang tidak berempati dengan sekolah swasta. Kebijakan pengalokasian dana bantuan yang jauh dari rasa keadilan, sertifikasi, inpassing guru non-PNS, pendidikan gratis, pembukaan sekolah baru, system zonasi dan penerimaan peserta didik baru (PPDB) yang terkadang jauh melampui kemampuan sekolah negeri, tampak sekali telah menimbulkan dampak yang kurang menggembirakan bagi sekolah Mathla’ul Anwar. Untuk sekolah Mathla’ul Anwar yang berkategori
unggul (excellent school) barangkali tidak ada masalah karena jelas memiliki daya tahan kuat, tetapi sekolah Mathla’ul Anwar berkategori kecil pasti akan merasakan dampak dari kebijakan tersebut. Akibatnya, beberapa sekolah Mathla’ul Anwar kelas menengah ke bawah banyak yang berstatus “darurat” sehingga harus diselamatkan. Ini agenda mendesak bagi Bidang Pendidikan Mathla’ul Anwar untuk melakukan pemetaan sekolah/madrasah Mathla’ul Anwar sehingga dapat diketahui berapa banyak yang berkategori besar, menengah, dan kecil.
Sementara itu, justru sebagai organisasi keagamaan, Mathla’ul Anwar dihadapkan pada lambannya dalam merespon perubahan jaman dan dinamika ilmu pengetahuan yang semakin tinggi serta arus informasi yang hampir tidak terbendung, Akibatnya Mathla’ul Anwar tetap berkutat pada paradigma lama dalam merespon dan mengelola pendidikannya, yakni asal jalan dan asal meunang muatan.
Permasalahan-permasalahan di atas diperparah dengan kondisi ditubuh organisasi Mathla’ul Anwar yang sering mendapat kritik sekaligus keluhan dari warga dan simpatisannya sendiri, diantaranya adalah tentang kader Mathla’ul Anwar di kegiatan yang dikelola (amal usaha) Mathla’ul Anwar yang hanya numpang urip dan masih banyaknya rangkap jabatan di struktur Mathla’ul Anwar. Mengenai rangkap jabatan di struktur Mathla’ul Anwar adalah termasuk persoalan yang banyak terjadi. Seorang pengurus Mathla’ul Anwar menjabat di satu tingkat kepengurusan tetapi juga sekaligus memiliki jabatan di tingkat struktur yang lain. Hal ini, selain membuat jalannya organisasi tidak maksimal sesungguhnya dapat menjadi sinyal bahwa organisasi ini masih kekurangan kader.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses regenerasi relatif gagal dan organisasi ini menjadi tidak sehat.
Menghadapi problematika dan tantangan tersebut, mendesak bagi Mathla’ul Anwar untuk segera berbenah agar pendidikan yang dikelolanya tidak semakin tertingal dan ditinggalkan. Setidaknya ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh Mathla’ul Anwar, diantaranya:
1. Sudah saatnya Mathla’ul Anwar merancang kurikulum yang integrative,
yakni mengintegrasikan antara iman, iptek, akhlak dan ghiroh kemathlaulanwaran sebagai upaya mengembangkan kekhasan dan memperteguh identitas pendidikan Mathla’ul Anwar. Hal ini ini perlu segera dilakukan karena akhir-akhir ini pendidikan di Mathla’ul Anwar hampir tidak memiliki kekhasan sebagai sekolah yang dikelola oleh ormas keagamaan Mathla’ul Anwar.
Tidak ada pembeda antara sekolah yang dikelola oleh MA dengan sekolah yang dikelola oleh lembaga-lembaga lain.
Kurikulum pendidikan Mathlaul Anwar harus menggambarkan berlangsungnya proses transfer of knowledge, transfer of methodology dan transfer of values, dalam rangka mewujudkan dan mengembangkan
seluruh daya manusia secara terpadu untuk mencapai kedudukannya sebagai manusia ulul albab yang mempunyai “nilai tambah” dalam makna insani (budaya dan imtaq) dan makna ekonomis (penguasaan teknologi, kemampuan manajemen, kepakaran dan keterampilan), serta semangat dakwah Mathla’ul Anwar.
2. Sebagai ormas keagamaan yang sudah cukup lama mengelola pendidikan,
Mathla’ul Anwar tentu sudah sangat banyak mengalamai pahit dan getirnya mengelola pendidikan. Prosess panjang pengalaman ini tentu harus memperkuat kesadaran Mathla’ul Anwar bahwa pendidikan yang berkualitas, pendidikan yang hebat dan bermartabat tidak akan lahir dari belas kasihan dan ketergantungan dari bantuan pemerintah dan bantuan dari lembaga-lembaga donor ataupun lainnya. Oleh karena itu Mathla’ul Anwar perlu mengembangkan dan memperkuat pendidikan yang mandiri dan memutus ketergantungan dari subsidi dan bantuan dari pihak-pihak yang justru hanya mengambil manfaat dari Mathla’ul Anwar.
Oleh karena itu mutlak bagi Mathla’ul Anwar meningkatkan dan memperluas kualitas kemitraan dan kerjasama dalam berbagai bidang dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan;
3. Lembaga pendidikan yang hebat hanya bisa diwujudkan oleh kepemimpinan, tatakelola, peraturan, standar dan penjaminan mutu yang berkualitas. Oleh karena itu bukan lagi saatnya bagi Mathla’ul Anwar menyerahkan kepemimpinan pendidikan (dalam semua strata) dengan pertimbangan kedekatan, kekerabatan, politis, dan pertimbangan-
pertimbangan un logic lainnya.
Mathla’ul Anwar memiliki segudang kaderyang memiliki kapasitas, Mathla’ul Anwar tidak kekurangan kader, Sudah
saatnya Mathla’ul Anwar memberikan kesempatan dan penghargaan
kepada mereka kader-kadernya yang berkualitas dan berprestasi.
Kepemimpinan pendidikan yang baik menjadi harapan untuk mewujudkan
tata kelola yang berkualitas, tentu hal ini akan terwujud jika dibingkai dengan peraturan dan standar yang kuat dan konsisten (karena terkadang di Mathla’ul Anwar sangat pandai membuat aturan dan standar yang tingi, namun tidak konsisten terhadap aturan dan
standard yang dibuat). Dengan kepemimpinan yang berkualitas,
peraturan dan standard yang kuat diharapkan Mathla’ul Anwar memberikan jaminan kepada masyarakat akan mutu lembaga pendidikan yang dikeloalnya.
4. Meningkatkan kemampuan profesional pendidik dan tenaga kependidikan; Dinamika ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah tinggi, terlebih arus informasi mengalir sangat deras, jika SDM pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) Mathla’ul Anwar kurang bisa berselancar dan
kurang beradaptasi terhadap dinamika ini, maka pendidikan Mathla’ul Anwar akan jauh tertinggal. Oleh karena itu Mathla’ul Anwar harus memfaslitiasi dan menjamin upgrading bagi SDM PTK nya. Untuk meng-upgrad pendidik dan tenaga kependidikannya bagi Mathla’ul Anwar
bukanlah sesuatu yang mahal dan sulit karena Mathla’ul Anwar banyak memiliki kader-kader yang pakar dalam bidangnya, sebut saja diantaranya Dr. KH. Jihadudin, Dr. Akhsan Sukroni, Dr. H. Ali Nurdin, Dr.H. Huriyudin, Drs. Moh. Zen, MM., Drs. H. Moh.Baedlowi, M.Ed., Dr. H. Hudori, M.Si., dan lainnya.
5. Penguatan ukhuwah, silaturrahim dan sinergitas antar lembaga pendidikan Mathla’ul Anwar. Selama ini lembaga-lembaga pendidikan yang dikelola oleh Mathla’ul Anwar berjalan sendiri-sendiri dan sibuk dengan problematika masing-masing seolah tidak ada koordinasi lembaga-lembaga pendidikan Mathla’ul Anwar kurang difasilitasi oleh induknya untuk melakukan konsolidasi, koordinasi dan kolaborasi sesama mereka. Mathla’ul Anwar perlu mengagas adanya olympiade Sains, kemah ilmiah atau event-event lainnya yang diikuti oleh sekolah/madrasah Mathla’ul Anwar, sebagai wadah untuk mereka silaturrahim dan sinergi.
Jangan sampai sesama sekolah/madrasah Mathla’ul Anwar berkompetisi yang tidak sehat. Kurangnya event silaturahmi antara sekolah/madrasah Mathla’ul Anwar bisa difahami karena Mathla’ul Amwar di tingkat Pengurus besar sekalipun tidak memiliki roadmap, peta, dan database
pendidikan Mathla’ul Anwar yang jelas dan menjadi rujukan bagi pengelola
sekolah/madrasah Mathla’ul Anwar se Indonesia, bahkan cenderung PBMA bidang pendidikan lebih sibuk mengurus Perguruan Matha’ul Anwar Pusat Menes. Bidang Pendidikan PB Mathla’ul Anwar memiliki wilayah kerja se Indonesia yang sifatnya Nasional, seharusnya tidak terlalu
mengatur apalagi hal-hal yang bersifat tekhnis kelembagaan. Bidang Pendidikan PB Mathla’ul Anwar perlu bekerja secara lebih professional dengan memerankan diri sebagai penyangga, memberikan sumbangan pemikiran, altrnatif pengembangan, memfasilitasi kerja sama
dengan stakeholders seperti pemerintah, dunia usaha, masyarakat dan luar negeri.
6. Dalam rangka mengoptimalkan pengkaderan, Mathla’ul Anwar perlu
menjadikan sekolah/madrasah Mathla’ul Anwar sebagai pusat pembinaan
akhlak Islami dan pendidikan karakter di seluruh jenjang pendidikan Mathla’ul Anwar. Mathla’ul Anwar perlu meningkatkan dan menguatkan
peran dan fungsi lembaga pendidikannya sebagai pusat kaderisasi; Output
sekolah/madrasah Mathla’ul Anwar disamping harus menguasai IPTEK
dan memiliki akhlak yang karim, juga memiliki militansi dan ghiroh dakwah dan ke MA an yang kuat. Oleha karena itu PBMA melalui bidang pendidikan dan Bidang pengkaderan perlu merumuskan kurikulum pengkaderan yang strategis dan terukur. Penulis yakin selama ini Mathla’ul
Anwar sudah memiliki blue print pengkaderan yang sangat bagus, tapi
masih tersimpan rapih di laci dan file dokumen para pemangku, saatnya
kita membuka lembaran blue print itu lembar demi lembar untuk mencetak kader demi kader agar Mathla’ul Anwar semakin jaya (di darat, laut dan udara kadoang TNI tea…)
Mewujudkan pendidikan dan pengkaderan Mathla’ul Anwar yang baik dan bermutu tentu bukan hanya tugas Pengurus Besar Mathla’ul Anwar dan pengurus Mathla’ul Anwar di tungkat wilayah dan daerah tetapi perlu komitmen dan kerja bareng semua element dan semua pihak. Mathla’ul Anwar mengajak dan memangggil kader-kadernya untuk berkontribusi dan bersinergi membangun energy positif untuk kemajuan Mathla’ul Anwar.
Rakernas kali ini harus dijadikan momen untuk meneguhkan kembali ghiroh
dan komitmen ke Mathla’ul Anwar-an para kader.
Selamat Rakernas, semoga Allah meridloi….