Hari Badak, Titik Tolak Upaya Pelestarian yang Konfrehensif
PANDEGLANG-Upaya konservasi Badak jawa terus digalakan oleh pemerintah dan berbagai elemen masyarakat, hal ini karena kondisi jumlah individu mamalia yang bernama latin Rhinoceros sondaicus yang kurang dari 100 ekor dan tersisa di semenanjung Ujung Kulon, Pandeglang Banten.
Sejak 2007, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah menyusun Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK) Badak yang berlaku selama 10 tahun hingga tahun 2017. SRAK ini ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kehutanan Nomor. P.43/Menhut-II/2007 Tahun 2007.
“Ada tiga poin utama yang perlu dicapai dalam SRAK Badak ini, yaitu peningkatan populasi Badak di alam sebanyak 20%, penyiapan satu blok khusus sebagai step poin site atau suaka Badak Jawa, dan penyiapan habitat alternatif untuk peningkatan populasi Badak Jawa”, ujar Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon, U Mamat Rahmat , (9/9/2018).
Hari badak internasional (world rhinoday) menjadi momentum bagi seluruh stakeholder untuk bersama-sama melakukan upaya konservasi badak jawa yang konfrehensip dan berkesinambungan.
Dalam kesempatan berbeda, Direktur Konservasi Keanekargaman Hayati (KKH) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Indra Eksploitasiana menerangkan, untuk mengembangkan perlindungan dan pelestarian badak Jawa pihak KLHK juga sedang merencanakan program translokasi atau habitat kedua bagi badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)dengan sudah dinyatakannya kawasan Cikepuh sebagai kawasan suaka margasatwa bagi populasi dan habitat kedua badak Jawa.
“Program translokasi atau second population bertujuan untuk menciptakan kantong-kantong baru bagi populasi dan habitat badak Jawa. Tinggal menunggu waktu yang tepat, semuanya perlu dipikirkan dan disiapkan dengan seksama, faktor kesehatan hewan yang akan ditranslokasikan dan faktor keamanan di tempat baru tentu harus menjadi pertimbangan dan dilakukan kajian demi kelangsungan hidup Badak Jawa itu sendiri”, terang Direktur KKH KLHK dalam keterangan Persnya di Taman Jaya.
Untuk memberikan Multiplier Effect/efek Domino, atau keuntungan timbal balik antara keberadaan satwa langka Badak Jawa dengan lingkunhan masyarakat sekitar penyangga kawasan TNUK, Kepala Balai TNUK mengatakan saat ini sedang disusun kelembagaan kolaboratif dengan para pihak termasuk masyarakat, dalam penyiapan blok pengembangbiakan (breeding), dan blok kesehatan.
Terkait keberadaan beberapa satwa Badak Jawa yang telah melewati masa produktif untuk pengembangbiakan, Kepala Balai TNUK mengatakan momen tersebut dapat dimanfaatkan sebagai objek dan daya tarik wisata alam (ODTWA) sehingga diharapkan mampu mengundang lebih banyak lagi minat wisatawan domestik atau pun wisatawan mancanegara untuk datang ke Ujung Kulon.
“Masalah cukup serius yang kita hadapi ketika wisatawan datang ke Ujung Kulon tidak dapat melihat badak secara langsung, karena itu kita perlu mesiasatinya dengan cara membuat blok habitat khusus untuk wisata badak di sepanjang pantai yang dipahar. Dengan semakin banyaknya wisatawan yang datang diharapkan dapat memberikan kontribusi timbal balik yang berimbang,” kata Kepala Balai TNUK.(*/angga)