Pandeglang dan Lebak Siap Berdayagunakan Fasda USAID PRIORITAS untuk Pemerataan Pendidikan
PANDEGLANG – “Dulu sebelum bergabung dengan USAID PRIORITAS, saya tidak paham bagaimana mengajar IPA yang menarik untuk siswa. Setelah saya dapat pelatihan, saya terapkan metode yang melibatkan siswa di kelas, tidak ada lagi parade ceramah di kelas. Alhasil pembelajaran jadi menyenangkan, menarik dan siswa dapat menemukan sumber belajar sendiri,” kata Eutik Sobariyah, Jumat (21/4/2017), salah seorang kepala sekolah di Kecamatan Mandalawangi, Pandeglang yang berbagi pengalaman praktik baik.
Dia beserta tiga orang siswa berhasil mendemonstrasikan uji sederhana tentang tekanan udara ke hadapan puluhan peserta yang hadir. Eutik juga merupakan salah seorang fasilitator daerah (Fasda) dari Kabupaten Pandeglang yang telah dilatih USAID PRORITAS.
Lain Eutik lain pula pengalaman Didik Kuswinarto, salah seorang Fasda dari Kabupaten Lebak. Dia bercerita berbagai pengalamannya setelah dilatih USAID PRIORITAS.
“Kini saya bisa berbagi pengalaman mengajar bersama rekan pendidik dari kabupaten/kota mitra USAID PRIORITAS provinsi lain. Ini menambah wawasan karena bertukar ilmu dan pengalaman kemudian bisa saya terapkan dalam pembelajaran sehari-hari di sini,” jelasnya.
Eutik maupun Didik adalah para Fasda yang terlatih dalam pembelajaran dan manajemen sekolah.
Rifki Rosyad, Koordinator Provinsi Banten USAID PRIORITAS dalam pertemuan penutupan program tingkat kabupaten menjelaskan bahwa fasda menjadi aset berharga daerah untuk melanjutkan praktik baik yang sudah dimulai.
“Fasda di Banten berjumlah hampir dua ratus lima puluh orang. Mereka ini adalah aset berharga daerah. Mereka juga agen perubahan pendidikan yang dapat menyebarluaskan kepada tenaga pendidik lain yang belum dilatih,” kata Rifki.
Hadir dalam pertemuan penutupan program di Kabupaten Pandeglang pada Kamis kemarin (20/4/2017), Salman Sunardi Kadisdik yang mengapresiasi kontribusi dan bantuan yang diberikan USAID PRIORITAS selama kurun waktu 5 tahun di Pandeglang. Dia mengatakan komitmennya untuk mendiseminasikan dampak program kepada non mitra sesegera mungkin dengan melibatkan para fasilitator daerah yang sudah dilatih.
Menurut Salman, fasilitator daerah telah mumpuni dalam pembelajaran dan manajemen sekolah yang perlu disebarluaskan kepada non mitra.
Tak lupa Ir. Girgiyantoro, Asda II Bidang Ekbang Kesra yang turut mendengarkan laporan capaian dan perkembangan program USAID PRIORITAS menyambut baik rencana Kadisdik untuk menindaklanjuti praktik baik pendidikan dasar yang sudah dimulai melalui diseminasi pelatihan di kecamatan lain.
“Saya ingin program USAID PRIORITAS dapat dirasakan juga kepada mereka non mitra, tidak hanya di Kecamatan Mandalawangi dan Bojong saja. Ini menjadi tanggungjawab bersama, termasuk fasilitator daerah,” katanya.
Sedangkan penutupan program USAID PRIORITAS di Kabupaten Lebak berlangsung pada hari ini (21/4/2017) yang dihadiri Kepala Bappeda Hj. Virgojanti dan Kadisdikbud H. Wawan Ruswandi.
Di sela-sela diskusi keberlanjutan program USAID PRIORITAS, Wawan mengungkapkan kebanggaannya telah memiliki 29 fasilitator daerah terlatih asal Lebak. Karena fasda ini menjadi aset daerah untuk memperkuat akses pemerataan pendidikan berkualitas yang masih rendah di Kabupaten Lebak.
Memperkuat komitmen Pemkab Lebak dalam peningkatkan mutu pendidikan dasar, Kepala Bappeda ingin fasilitator daerah dapat menindaklanjuti praktik baik di wilayahnya masing-masing. Dia juga berharap para fasilitator daerah menjadi pejuang pendidikan mengingat pentingnya pendidikan dasar berkualitas yang masih dibutuhkan di Kabupaten Lebak.
Sejak 2012, USAID PRIORITAS telah bekerja bersama 7 pemerintah kabupaten/kota di Banten untuk meningkatkan kualitas pendidikan dasar, yakni Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kota Cilegon, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Serang.
Kemitraan ini melibatkan 94 sekolah dan madrasah mitra, 35.887 siswa, dan 2.257 guru dan tenaga kependidikan lainnya yang telah merasakan manfaat program USAID Prioritas.
Untuk mendiseminasikan modul pelatihan kepada non mitra di Banten, telah dilaksanakan replikasi pelatihan yang melibatkan 2.584 sekolah, 20.785 guru, 2.756 kepala sekolah dengan anggaran sebesar Rp 2.885.164.000. (*)