Pasca Tsunami Selat Sunda, Nelayan: Pendapatan Minim

SERANG – Abdul Wahab (44), warga Sindangsari, Panimbang jaya, Kabupaten Pandeglang yang berprofesi sebagai nelayan menyebutkan pendapatan rajungan pasca satu tahun diterjang tsunami selat Sunda minim.
Hal itu diungkapkan Wahab kepada awak media saat diundang oleh Lembaga Amil Zakat Harapan Dhuafa (LAZ Harfa) untuk menyampaikan keadaan di sekitar wilayahnya yang terkena dampak tsunami, Kamis (26/12/2019).
Memang kata Wahab, pendapatan rajungan yang ditangkapnya di tengah laut tergantung cuaca. Jika angin kencang dan gelombang laut terbilang biasa, maka diperkirakan pendapatannya akan sangat sedikit.
“Hasil penangkapan sebelum dan sesudah tsunami tergantung dengan kondisi gelombang, karena sekarang ini ga ada gelombang tapi angin kenceng, sehingga hasil rajungan kosong, selama 5 hari paling banyak dua kilo gram,” ungkapnya.
Dalam menangkap rajungan lanjutnya, harus didukung oleh kondisi cuaca yang bagus, yakni ditandai dengan gelombang yang cukup tinggi, sehingga keberadaan Rajungan akan keluar dari struktur bawah laut.
“Jaring rajungan harus ada ombak, kalau angin doang ga keluar,” ucapnya.
Harusnya kata Wahab, bulan-bulan ini para nelayan bisa mendapatkan Rajungan paling sedikit sekitar 10 kilo gram. Tapi pasca tsunami penangkapannya menurun.
Hal demikian dikarenakan struktur dasar laut telah berubah, sehingga keberadaan rajungan tidak lagi di tempat yang biasanya ditangkap.
“Struktur dasarnya udah berubah. Hampir 5 kilo rata-rata hilang,” terangnya.
Atas kondisi itu hasil tangkapannya minim, dam masih kurang mencukupi kebutuhan keluarganya. (*/Qih)