Tahu Mulai Langka dan Mahal, Pelaku UMKM di Pandeglang Mengeluh

PANDEGLANG – Sejumlah pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Kabupaten Pandeglang, mengeluhkan kelangkaan komoditas tahu dan tempe di Pasar Pandeglang, kelangkaan tahu dan tempe tersebut, mulai dirasakan sekitar 2 hari terakhir.
Salah seorang pelaku UMKM, Apendi (25) menuturkan dirinya sebagai penjual ketoprak dan kupat tahu keliling sudah merasakan langsung dampak yang diakibatkan tidak adanya tahu dan tempe di pasaran, karena tahu merupakan salah satu bahan pokok panganan yang dijajakannya.
“Sekitar 2 hari terakhir, sejak kemarin. gak ada tahu di Pasar Badak Pandeglang. Kalaupun ada harganya mahal, biasanya sepuluh ribu itu dapat 3 bungkus, sekarang tujuh ribu dapat satu bungkus yang isi biasa 10 biji. Tapi kalau saya karena sudah ada langganan, ada yang nganterin gitu,” ungkapnya kepada Fakta Banten, Selasa, (22/2/2022).
Lanjut Pendi mengatakan untuk mengantisipasi kerugian, karena kenaikan harga tahu, dirinya hanya bisa mengurangi jumlah takaran tahu di setiap porsi makanan yang dijualnya.

Bahkan dirinya terpaksa menjual ketoprak kepada pelanggan tanpa menggunakan tahu, hal ini dikarenakan tahu tersebut langka di pasar.
“Kalau untuk sekarang, keuntungan pasti lebih kecil. Apalagi sekarang ini penjualan lagi sepi, biasanya saya sehari dapat Rp200 ribu, itu untungnya paling Rp50 ribu. Kalau sekarang belum kelihatan untungnya dapat berapa, soalnya kemarin saya gak dapat tahunya, jadinya gak jualan,” ungkapnya.
Terakhir dirinya berharap pemerintah dapat memperhatikan harga tahu supaya kembali normal, yakni sekitar Rp4 Ribu perbungkus. Kalaupun harganya tidak bisa turun, minimal bisa menjamin ketersediaan tahu di pasar.
“Kalau saya mah namanya buat dagang, kalau ada tahunya pasti saya beli harga Rp10 ribu juga. Tapi inimah sudah mah mahal, ditambah barangnya yang langka,” tandasnya.
Di lokasi berbeda, Salah seorang penjual gorengan, Yati (46), menuturkan bahwa dirinya kaget ketika hendak membeli tempe, karena harga tempe sekarang naik menjadi Rp5 ribu.
Biasanya, dirinya membeli tempe dengan ukuran yang sama dengan harga Rp2 ribu. Bahkan setelah diolah ukuran tempe tersebut hanya menjadi 5 biji gorengan dan dijual seribu rupiah.

Ditambah, bahan dasar gorengan tahu juga sudah langka sejak minggu kemarin. Maka dirinya memilih untuk tidak menjual gorengan dengan bahan dasar tahu dan tempe.
“Jadi kalaupun ada harganya mahal, biasanya harga tahu yang dijual (di pasar) dua ribu, sekarang dijual 5 ribu. Itu juga kalau dibikin gorengan hanya bisa dibuat 5 biji gorengan, yang dijual Seribu perbijinya. Terus harga tempe yang biasa dijual Rp5 ribu sekarang dijualnya sekitar Rp8 ribu sampai Rp9 ribu, Jadi bagaimana kita mau untung usahanya,” katanya.
Terjadinya kenaikan harga tempe dan langkanya tahu di Pasar Badak Pandeglang, diakibatkan oleh aksi mogok produksi yang dilakukan oleh sejumlah pengrajin tahu yang biasa memasok produknya di Pasar Tradisional sekitar Pandeglang.
Hal ini merupakan bentuk protes pengrajin tahu dan tempe terhadap kenaikan harga kacang kedelai 3 pekan terakhir.
Seperti yang dikatakan salah seorang pengrajin tahu di Wilayah Pandeglang, Iman Hilman mengatakan bahwa dirinya menghentikan produksi tahu. Mulai Senin 21 Februari sampai dengan Rabu, 23 Februari 2022.
“Jadi kami sebagai pengrajin tahu, untuk sementara terpaksa menghentikan produksi tahu maksimal tiga hari, dan terhitung mulai hari ini Sebagai bentuk protes mahalnya komoditas harga kacang kedelai dan minyak goreng, yang dirasakan sekitar tiga minggu terakhir. Makanya kami melakukan mogok produksi tahu,” ungkapnya kepada Fakta Banten pada Senin, 2 Februari 2022.
Sementara itu Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan Perdagangan Sua’edi Kurdiatna mengatakan adanya persoalan mahalnya harga kacang kedelai, yang dikeluhkan oleh pengrajin tahu dan tempe itu, bukan hanya terjadi di Kabupaten Pandeglang saja, tapi hampir terjadi di seluruh Indonesia.
“Karena kacang kedelai ini terjadi di semua wilayah, bukan hanya di Pandeglang. Tapi kita juga akan mengupayakan untuk menyampaikan kepada Pemerintah Provinsi terkait kacang kedelai, nanti bagaimana upayanya,” ungkapnya.
Sua’edi menambahkan kelangkaan kacang kedelai, terjadi karena banyak faktor, salah satunya adalah iklim, karena di musim hujan seperti sekarang, petani cenderung lebih memilih menanam padi ketimbang kacang kedelai.
Dan untuk di wilayah Pandeglang, dirinya mengaku belum menemukan petani khusus yang menanam kacang kedelai, kecuali yang untuk konsumsi sayur. Jadi tidak ada luas lahan yang sampai puluhan hektar.
“Mudah-mudahan ini hanya sifatnya sementara, (kacang kedelai-red) tidak selamanya mengalami kenaikan. Mudah-mudahan karena faktor iklim. Kita tunggu nanti keputusan pemerintah bagaimana solusinya, jangan terlalu panik. Insyallah Pemerintah juga akan mencari solusi terbaik, dalam mengatasi kenaikan harga kacang kedelai ini,” pungkasnya. (*/Fani)
