Di Pulau Tunda, RESD Berikan Pelatihan 18 Instruktur Terkait Pengelolaan PLTS
SERANG – Sebanyak 18 instruktur dari BLK Banda Aceh, BLK Lombok Timur, BLK Ternate, BLK Ambon, BLK Sorong dan PPSDM – KEBTKE Kementrian ESDM ikuti pelatihan yang digelar oleh Kementrian Ketenagakerjaan dan Renewable Energy Skills Development (RSED) pada Sabtu (30/10/2021) di Pulau Tunda, Kabupaten Serang.
Pelatihan tersebut bertujuan memberikan pengetahuan dan wawasan dalam merawat dan mengelola PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) yang sudah tersebar di daerah-daerah pelosok yang ada di seluruh Indonesia.
Manager Component 2 – Non Formal Education dari RESD (Renewable Energy Skills Development), Yustina Erti mengatakan, jika kegiatan pelatihan yang dilaksanakan oleh pihaknya selama 2 minggu ke depan lantaran masih minimnya tenaga operator PLTS yang ada di Indonesia. Sehingga hal itu berdampak pada banyaknya PLTS yang rusak.
Seperti yang ada di Pulau Tunda, konsumsi listrik masyarakat yang berasal dari dua gardu PLTS yang dibangun tidak berjalan maksimal. Pasalnya, satu gardu PLTS berkapasitas 50.000 kWp yang baru dibangun tahun 2018 lalu telah mengalami kerusakan dan tidak berfungsi.
“Jadi mereka akan dilatih untuk melatih calon tenaga operator di PLTS yang ada di Indonesia. Ini karena Indonesia sangat kekurangan tenaga ahli atau operator di bidang PLTS,” ucap Yustina kepada awak media saat memberikan pelatihan secara langsung di PLTS di Pulau Tunda, Kabupaten Serang pada Sabtu (30/10/2021) sore.
“Kayak di sini (Pulau Tunda), kita lihat PLTS-nya ada, tapi rusak, dan gak ada operator yang siap memperbaiki,” imbuhnya.
Di tempat sama, Consultant sekaligus Trainer dari RSED (Renewable Energy Skills Development) Andri Susanto menambahkan, jika ada lebih 1.000 unit PLTS yang sudah dibangun di seluruh Indonesia. Namun, dari 400 unit yang sudah ditinjau secara langsung mayoritas kondisinya sudah tak berfungsi.
Kondisi tersebut, menurut Andri, bisa terjadi lantaran tidak adanya pengelolaan yang baik dari masyarakat lantaran masih minimnya informasi terkait perawatan PLTS di lingkungan masing-masing.
“Harusnya ke depan mereka bisa ngajarin ke masyarakat. Nanti akan ada pelajaran yang mereka kasih ke murid-murid gak soal pengecekan batre, dan pengelolaan PLTS yang baik bagi operator yang disiapkan dari masyarakat setempat,” kata Andri.
Sementara itu, salah satu peserta pelatihan dari BLK Ambon, Chembrist Kailola Jhems mengaku, jika dirinya senang bisa mengikuti pelatihan tersebut. Pasalnya, ilmu yang didapat terkait PLTS bisa dibagikan olehnya kepada masyarakat yang ada di Provinsi Maluku.
Chembrist mengaku, jika saat ini sudah banyak PLTS yang dibangun di wilayah Provinsi Maluku lantaran letak geografis yang cukup terpencil. Namun, saat ini kondisi PLTS-nya sudah banyak yang rusak akibat ketidaktauan masyarakat dalam menjaga barang tersebut.
“Bantuan PLTS sudah ada di Provinsi Maluku, ada barangnya, tapi masyarakat tidak bisa pakai, energinya jadi, tapi awam pemakaian sehingga cepat rusak. Karena tidak ada operator dan pengelola yang baik,” ucapnya.
Untuk itu, disampaikan Chembrist, jika dengan mengikuti pelatihan tersebut, dirinya mampu menjadi sosok yang memberikan pengetahuan dan keilmuan terhadap masyarakat pelosok Maluku dalam menjaga PLTS di daerahnya masing-masing.
“Nanti saya sebagai instruktur, ilmunya akan saya bagikan ke masyarakat yang ada di daerah terpencil yang ada PLTS. Karena selain ilmu untuk merawat, tapi mereka juga mendapat sosialisasi untuk pemakaian yang baik agar tidak cepat rusak,” tandasnya. (*/YS)