Dinas Kesehatan Sebut Angka Stunting Kota Cilegon Turun Jadi 19 Persen

 

CILEGON – Upaya Pemerintah Kota Cilegon dalam menurunkan angka stunting mulai menunjukkan hasil yang menggembirakan.

Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024, terjadi penurunan angka stunting dari 22 persen pada tahun 2023 menjadi 19 persen di tahun 2024.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cilegon, Ratih Purnamasari, menjelaskan bahwa capaian ini merupakan hasil dari serangkaian strategi penanganan stunting yang dilakukan secara sistematis dan kolaboratif.

“Kami memiliki delapan pendekatan utama dalam penanganan stunting, yang meliputi intervensi spesifik seperti sosialisasi stunting, penyediaan makanan tambahan, imunisasi dasar lengkap, pemantauan ASI eksklusif, pemberian tablet tambah darah pada remaja putri, calon pengantin dan ibu hamil, dan intervensi spesifiknya dengan memberikan jaminan kesehatan unt balita gizi buruk, gizi kurang dan stunting serta peningkatan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat),”ujar Ratih, Senin (2/6/2025).

Ia menambahkan bahwa penanganan gizi bagi ibu hamil dan menyusui, serta intervensi langsung terhadap anak yang mengalami stunting juga menjadi bagian penting dari strategi Dinkes untuk percepatan pengurangan angka stunting di Kota Cilegon.

“Kami juga memberikan PMT Lokal buat ibu hamil dan balita gizi kurang,” imbuhnya.

Ratih menyebutkan bahwa keberhasilan ini tidak terlepas dari kerja sama lintas sektor, lintas program dan masyarakat yang dibangun untuk mempercepat penurunan angka stunting.

“Kami bekerja sama dengan berbagai pihak seperti PKK dan Kelurahan untuk mempercepat upaya penurunan stunting di lapangan,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Cilegon, Lia Nurlia Mahatma, juga mengungkapkan apresiasinya terhadap tren penurunan tersebut.

“Kita bersyukur dengan penurunan angka stunting ini. Ini adalah bentuk kerja nyata dari semua pihak, termasuk kami di DP3AP2KB yang menjalankan intervensi sensitif,”tuturnya.

Menurut Lia, langkah preventif menjadi fokus utama DP3AP2KB, khususnya dalam bentuk edukasi kepada orang tua yang memiliki anak dengan gejala stunting.

“Kami selalu memberikan edukasi kepada para orang tua, terutama yang memiliki anak stunting. Dengan edukasi yang berkelanjutan, kami berharap orang tua semakin sadar pentingnya menjaga kesehatan dan tumbuh kembang anak,” tambahnya.

Ia juga menekankan pentingnya peran kader sebagai ujung tombak penyuluhan dan pendampingan di masyarakat.

“Kami punya kader-kader di lapangan yang terus kami dorong dan tingkatkan kinerjanya. Melalui mereka, edukasi bisa terus menjangkau keluarga secara langsung,” jelas Lia.

Namun demikian, Lia mengakui bahwa penurunan angka stunting masih menghadapi tantangan, terutama dalam hal pola pengasuhan di tingkat rumah tangga.

“Kenapa penurunannya belum signifikan? Karena pola asuh orang tua masih menjadi tantangan utama. Makanya, edukasi terus kami gencarkan,” tuturnya.

Sebagai langkah lanjutan, DP3AP2KB akan memprioritaskan edukasi kepada kelompok yang lebih luas.

“Tahun 2025, kami akan lebih mengutamakan edukasi, tidak hanya kepada orang tua, tapi juga kepada para calon pengantin, agar pencegahan stunting dapat dilakukan sedini mungkin,” pungkasnya.

Dengan strategi kolaboratif dan pendekatan berkelanjutan, Pemerintah Kota Cilegon berharap angka stunting terus menurun, sejalan dengan target yang telah ditetapkan dalam RPJMD. (*/ARAS)

Honda Promo
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien