CILEGON – Sosok Haji Iye Iman Rohman belakangan ini mulai banyak diperbincangkan oleh publik. Terutama sejak kemunculannya yang digadang-gadang sebagai bakal Calon Walikota Cilegon di Pilkada 2020.
Publik mulai mencari tahu latar belakang dan rekam jejak sosok Haji Iye yang awal karirnya dimulai sebagai Kepala Desa tersebut.
Diketahui, Haji Iye mulai menjadi pemimpin masyarakat sebagai Kepala Desa pada momen krisis ekonomi tahun 1998, beberapa tahun sebelum resmi berdiri Kota Cilegon. Saat itu, masih Desa Gunung Sugih yang jadi bagian dari Kabupaten Serang.
Haji Iye jadi pemimpin di Gunung Sugih selama 9 tahun. Satu periode panjang 1998 hingga 2007, pada masa transisi awal pemekaran Kota Cilegon dari Kabupaten Serang.
“Pa Haji dilantik dua kali waktu itu, pertama jadi kepala desa di Pendopo Kabupaten Serang. Kemudian dikukuhkan lagi setelah pemekaran Kota Cilegon, berubah dari status desa menjadi kelurahan,” ujar Haji Iye bercerita saat ngobrol santai dengan Fakta Banten, Minggu (26/1/2020).
Haji Iye jadi kepala desa di Gunung Sugih, pada era awal masuknya pembangunan industri-industri besar di wilayah tersebut. Sebagai pemimpin wilayah dan masyarakat, Haji Iye dikenal sebagai sosok yang jeli melihat peluang dan juga piawai dalam mengkomunikasikan kepentingan masyarakat dan kalangan industri.
Salah satu prestasi Haji Iye saat menjadi kepala desa Gunung Sugih dan akan terus dikenang oleh masyarakat, adalah berhasil mewariskan lahan fasilitas umum di lokasi strategis.
Kemudian saat berdirinya Kota Cilegon, dengan swadaya sendiri Haji Iye juga berhasil membangun kantor kelurahan dan juga Puskesmas Pembantu (Pustu) yang berlokasi di Link Browen.
“Pa Haji saat itu perjuangkan bagaimana menyelaraskan kepentingan industri dengan masyarakat, sampai akhirnya berhasil punya lahan seluas 1500 meter di lokasi strategis. Setelah punya lahan, kita desain dan bangun sendiri kantor Kelurahan Gunungsugih. Padahal waktu itu di zaman krisis moneter, serba sulit, tapi Pa Haji berupaya supaya bagaimana kelurahan punya kantor permanen sendiri. Karena sebelum Pa Haji jadi kepala desa, kantor desanya masih pindah-pindah,” ungkap Haji Iye.
Eks Politisi Golkar ini dalam kiprahnya sebagai kepala desa banyak mewariskan hal positif bagi pembangunan di Gunungsugih. Meskipun dalam perjalannya Haji Iye mengaku tidak mudah bisa meyakinkan pihak industri untuk membantu kepentingan masyarakat.
“Saat memperjuangkan lahan untuk kantor kelurahan itu, Pa Haji berdebat panjang dengan kalangan industri. Malah waktu itu oleh pihak industri, Pa Haji diiming-imingi sesuatu, supaya mundur dari mendapatkan lahan itu, tapi Pa Haji tegas menolak. Karena ini kepentingan masyarakat, dan demi mewariskan kebaikan, Pa Haji tidak mau kompromi. Akhirnya resmi kita punya lahan, dan saat itu juga langsung dibuat sertifikat atas nama Pemerintah Kota Cilegon,” jelas mantan anggota DPRD Cilegon dua periode ini.
Saat ini di lahan seluas 1500 meter tersebut, selain kantor Kelurahan juga berdiri Puskesmas Pembantu (Pustu) yang jadi pusat layanan kesehatan bagi masyarakat Gunungsugih.
“Saat Pa Haji jadi lurah itu coba meyakinkan PT Asahimas agar membantu fasilitas yang bermanfaat dan dibutuhkan masyarakat, akhirnya dibangun Pustu disitu dengan dukungan industri,” imbuh Haji Iye.
Masyarakat Gunungsugih dan Kecamatan Ciwandan, hingga kini sangat familiar dengan sosok Haji Iye ini. Terutama karena sosok dan kiprahnya yang positif, mampu mensinergikan kepentingan industri dengan masyarakat.
Fondasi awal dasar-dasar pembangunan di Kelurahan Gunungsugih, setidaknya bisa dibilang berkat jasa sosok Haji Iye sejak jadi Kepala Desa. Diantaranya awal pembangunan akses jalan Browen sampai ke Link Kopo Nagrek, dan juga akses jalan Kopo – Pasir Sereh. Dengan swadaya dan kepiawaian Haji Iye, industri mau bersinergi mendorong pembangunan di lingkungan masyarakat Gunungsugih, hingga saat ini dikenal sebagai salah satu kelurahan yang maju di Kota Cilegon.
Jika kita coba mendalami bagaimana kiprah dan peran Haji Iye dalam mendukung pembangunan di Kota Cilegon tentu akan ditemukan banyak lagi warisan berharga. Rekam jejaknya sejauh ini dikenal positif oleh masyarakat, terutama saat menjadi kepala desa/lurah, dan juga ketika duduk di kursi DPRD sejak 2007 hingga 2014. (*/Red)