Aktivis dan Penulis Ades Suntama Membumikan Keadilan Gender Lewat Buku
SERANG-Aktivis sekaligus penulis Ades Suntama punya ide membumikan keadilan gender. Ades menggagas keadilan gender lewat buku yang tengah ia susun.
Buku tersebut mengangkat isu-isu kritis tentang kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak. Dari kedua kelompok yang rentan ini, Ades ingin mengupas lebih dalam lewat karyanya agar kekerasan seksual tak lagi tabu di masyarakat.
Gagasan Ades mendapat apresiasi dari Kepala Dinas Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DKBP3A) Kabupaten Serang, Encup Suplikah.
Ia pun mendorong dan mensuport penuh agar Dedes dapat mengikuti perlombaan inovasi pegawai yang rutin diadakan oleh BKPSDM.
“Karya Pak Ades sangat luar biasa. Beliau sedang menulis buku tentang kekerasan seksual di Kabupaten Serang yang tentunya akan memperkuat advokasi keadilan gender,” ujarnya, Kamis (13/3/2025).
Terlebih, Ades yang juga pegawai DKBP3A Kabupaten Serang, pernah menorehkan prestasi, meraih juara pertama di tingkat kabupaten dan juara kedua di tingkat nasional.
Hal ini menambah keyakinan Encup Suplikah kepada Ades, melalui karyanya dapat memberikan dampak positif terhadap masyarakat. Tak terkecuali sebagai bahan kajian dan langkah-langkah advokasi.
Terlihat dari dukungan langsung berupa bimbingan Encup kepada Dedes, hal ini menunjukkan bahwa buku yang tengah ia susun tidak hanya diakui secara akademis, tetapi juga sebagai upaya strategis dalam mengawal dan menanggulangi isu kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Dedes menuturkan, bukunya menggunakan pendekatan yang kritis dan solutif. Ia berharap, karyanya dapat mengungkap dinamika sosial dan budaya yang melatarbelakangi kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Tak hanya itu, dalam bukunya, ia menawarkan strategi pemberdayaan dan perlindungan yang konkret melalui kebijakan dan praktik di lapangan.
Tentunya, potret kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak dalam bukunya, menambah referensi inovatif bagi para penegak hukum dalam menangani kasus yang dianggap tabu bagi masyarakat.
“Buku yang saya tulis menjadi simbol keberanian untuk membuka dialog tentang keadilan gender di ranah publik. Dengan menggabungkan data lapangan, analisis kritis, serta solusi praktis,” ujarnya.
Ades juga berharap, bukunya dapat menjadi acuan bagi para aparat penegak hukum dan lembaga pendamping dalam merumuskan kebijakan yang berpihak pada korban.
Selain edukasi, buku tersebut semoga dapat menginspirasi masyarakat untuk lebih aktif dalam memerangi stereotip dan praktik kekerasan berbasis gender.
“Mendorong kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, LSM, dan komunitas untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi perempuan dan anak,” tutupnya. (*/Ajo)