Banyak Anak-anak Usia Sekolah di Cilegon Bekerja Jadi Pemulung Malam Hari

Dprd ied

CILEGON – Pesatnya pembangunan di Kota Cilegon dan terus meningkatnya jumlah APBD Kota Cilegon dari tahun ke tahun dimana pada tahun 2017 ini saja mencapai Rp1,7 Triliun lebih.

Luas wilayah Kota Cilegon yang hanya -+ 17.550 Ha dengan jumlah penduduk pada kisaran 500.000 saja asumsi 416.464 (2014) sebagaimana dikutip Wikipedia, tentu sangat tidak rasional jika di Kota Cilegon ini masih banyak didapati anak-anak putus sekolah karena keterbatasan biaya, dan terpaksa harus bekerja untuk bertahan hidup.

Ironis memang, sebab di pusat Kota Cilegon saja kita bisa dengan mudah menjumpai keberadaan dan aktivitas anak-anak yang menghabiskan waktunya dengan menjadi pemulung.

Hasil pantauan dan investigasi tim Fakta Banten, Sabtu malam jelang Minggu dinihari (12/3/2017), nampak aktivitas anak-anak pemulung ini bahkan dilakukan hingga dinihari menjelang subuh. Kondisi keprihatinan ini bisa kita jumpai di Jalan Protokol tepatnya di depan Rumah Dinas Walikota Cilegon.

Tim Fakta Banten mendapati sekitar 14 anak-anak usia sekolah yang sedang bekerja sebagai pemulung.

Wahyu (17) dan Aji (glasses emotikon, dua pemulung diantaranya ditemui Tim Fakta Banten di sela-sela istrihatnya di trotoar setelah semalaman capek mengais-ngais botol dan gelas plastik bekas di sisi jalan. Mereka berdua mengaku harus bekerja (jadi pemulung) setiap sore sampai pagi agar bisa makan. Mereka juga terpaksa putus sekolah setelah lulus SMP karena orang tuanya tidak mampu membiayai.

“Iya pak buat makan, dari jam 5 sore sampe jam 5 pagi muter aja Ramayana – Simpang. Udah ga sekolah pak, udah lulus SMP 2 tapi gak terus soalnya orang tua ga punya biaya,” ucap Wahyu bercerita lirih tentang nasibnya.

dprd tangsel

Wahyu juga mengatakan bahwa dirinya dan Aji tinggal bersama orang tuanya di gubuk dalam lapak milik bosnya yang berada di belakang Ramayana Mall Cilegon.

“Di Lapak belakang Ramayana pak, sama orang tua di gubuk lapaknya, yang punya namanya bos Imat,” tuturnya.

Fakta ini juga diperkuat oleh pengamatan beberapa pedagang yang hampir setiap malam berada di sekitaran Halte Taman Masjid Nurul Ikhlas.

Diantaranya Siswanto yang mengatakan sering melihat pemulung anak-anak usia sekolah yang lewat setiap malam saat dirinya berjualan.

“Sering kang, anak-anak mulung mah tiap malam lewat sini. Banyak, kalau sepuluh mah lebihlah. Apalagi kalau campur yang dewasa sama yang tua mah, jumlahnya banyak,” ujar Siswanto.

Yang kemudian langsung ditimpali Emik, rekan Siswanto, yang mempertanyakan peran kinerja Pemerintah Kota Cilegon.

“Katanya Cilegon kota dollar, sejak malam tadi sampai menjelang subuh begini kok masih banyak anak-anak kecil mulung, apa besoknya pada ga sekolah itu, ngapain aja sih pemerintahnya?” Sindir Emik. (*)

Golkat ied