Nelayan Puloampel Keluhkan Pembangunan Stockpile PT Prointertech yang Merugikan
SERANG – Masyarakat Nelayan Kampung Cikubang, Desa Argawana, Kecamatan Puloampel, Kabupaten Serang, mengeluhkan adanya pembangunan stockpile atau lapangan penampungan pasir PT Prointertec yang dinilai mengganggu akses nelayan dan masyarakat ke pangkalan nelayan.
Ketua Rukun Nelayan Cikubang (RNC) Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), Ali Musrofi mengatakan, keberadaan perusahaan tersebut sejauh ini dinilai tidak begitu peduli dengan masyarakat di sekitarnya.
Terlebih menurutnya, dengan adanya proyek yang sudah berjalan beberapa bulan, malah kondisinya mengganggu akses nelayan ke pangkalan.
“Waktu musyawarah di balai desa, PT Prointertec buat perjanjian di atas materai salah satu poinnya akan siap membantu nelayan, ketika kita perlu bantuan TPT pangkalan sama sekali mereka gak membantu. Tapi kita seperti dibodohi, surat perjanjian itu kita gak dikasih. Dan mereka bikin lapangan lagi yang menutup akses pangkalan,” ungkapnya, saat ditemui wartawan di Pangkalan Nelayan Cikubang, Rabu (8/4/2020).
“Dari awal proyek ini gak ada koordinasinya dengan nelayan, terlalu tinggi urukan lapangan pasirnya. Kemarin dari LH Kabupaten Serang dan KSOP datang ke lokasi, proyek urukan berhenti sejak kemarin,” beber Ali.
Selain itu, Ali juga menjelaskan dengan adanya proyek lapangan stockpile pasir PT Prointertec ini, akses jalan nelayan yang merupakan lahan milik PT Apexindo akan menjadi padat dengan lalu lalang kendaraan truk-truk besar. Terlebih di ujung jalan sedang dibangun portal.
“Kalau akses jalan milik Apexindo, Pak Erwin bilang kita emang masih diberi akses, tapi kan kalau diportal gimana? Terus karena Prointertec ini hanya sewa lahan, jalan bakal banyak truk besar keluar masuk. Posisi pangkalan makin terjepit,” terangnya.
“Takut akan sampai ke ujung laut sana, dan kita juga khawatir akan ada reklamasi, jelas kita tolak,” imbuhnya tegas.
Untuk itu, Nelayan Cikubang berharap kepada pihak otoritas terkait untuk bertindak tegas terhadap aktifitas industri yang makin merangsek ke sarana nelayan, kearifan lokal yang merupakan mata pencaharian sekitar 200 masyarakat nelayan setempat.
“Ya harapan kita kepada Pemerintah Kabupaten Serang dan Provinsi Banten tolong untuk turun ke sini, bantu kami yang sedang dikepung mafia bisnis,” harapnya.
Dari pantauan langsung wartawan, meski pernah disidak Dinas LH Kabupaten Serang dan KSOP Banten, namun aktivitas perataan lahan masih berlanjut. Hal itu terlihat jelas dengan masih beroperasinya beberapa alat berat.
Sementara itu, HRD PT Prointertec, Agus, saat coba dikonfirmasi melalui telepon selulernya belum merespon pertanyaan wartawan meski pesan sudah dibaca. Telepon dari wartawan juga tidak dijawab. (*/Ilung)