Ini Dia Badak Jawa Paling Narsis di Ujung Kulon
PANDEGLANG – Mendengar kata Badak Jawa yang teringat adalah sesosok hewan penyendiri, agresif dan tidak suka menampakan diri. Namun dari sekitar 67 ekor spesies yang kini hanya tersisa di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), ada 1 ekor yang didapati paling sering tampil di depan kamera.
‘Tebe’ namanya, badak jantan dewasa ini kedapatan beberapa kali muncul dan menampakkan kegagahannya di depan kamera jebak yang dipasang petugas Balai Taman Nasional Ujung Kulon (BTNUK) bekerjasama dengan WWF Indonesia.
Tercatat 78 kali mamalia yang mempunyai nama ilmiah Rhinoceros Sondaicus Desmares tersebut terlihat ‘narsis’ di depan kamera. Tebe diidentifikasi oleh BTNUK dengan ID.010.2011
Tebe merupakan salah satu Badak jawa jantan yang memiliki cula kecil dengan bentuk runcing dan telinga lurus serta lipatan leher yang sinambung.
Penampakan Tebe di depan kamera trap tercatat dari bulan Maret hingga Agustus 2015 dan masih termonitor hingga tahun 2017 ini.
Potret dan video Tebe si badak narsis ini merupakan hasil dari camera dan video trap yang beberapa tahun belakangan ini digunakan sebagai metode pengamatan alternatif, karena Badak jawa dikenal sebagai mahluk soliter.
Pengamatan dan sensus menggunakan kamera trap merupakan salah satu metode yang digunakan BTNUK dan WWF Indonesia untuk monitoring Badak jawa.
Dijelaskan ahli spesies WWF Ujung Kulon, Ridwan Setiawan, metode pemasangan kamera trap atau kamera jebak biasa dilakukan di jalur lintasan satwa target, sekitar kubangan dan di area sungai atau tempat makan.
“Itu tergantung metodenya tapi karena metodenya sistem grid umumnya satu kamera tiap titik di setiap grid, mengingat juga ketersediaan alat (kamera),” ujarnya kepada faktabanten.co.id, Selasa (22/9/2017).
Namun pemasangan kamera trap juga menurut pria yang akrab disapa Iwan Podol ini, bukan tanpa kendala, pemilihan lokasi harus tepat untuk hasil yang maksimal.
“Yang namanya gangguan itu pasti ada, termasuk saat patroli, namun gangguan bisa diminimalisir, caranya saat pemasangan kamera tidak banyak melakukan perubahan di lokasi tersebut, dan jumlah tim dibatasi dan aktivitas nggak berlebihan,” jelas Iwan. (*/Yar)