JAKARTA – Dokter ahli syaraf Ani Hasibuan merasa heran dengan kematian para petugas KPPS yang jumlahnya tidak sedikit dan terjadi serentak dalam jangka waktu yang pendek.
“Sebagai dokter, dari awal saya sudah merasa lucu; ini bencana pembantaian apa pemilu, kok banyak sekali yang meninggal? Pemilu itu kan happy happy, ingin dapat pemimpin baru, tapi nyatanya meninggal,” kata Ani Hasibuan dalam program Catatan Demokrasi Kita di tvOne, Selasa (7/8/2019) malam.
Menurut Ani, bila dilihat dari fisiologi, kelelahan itu kaitannya dengan fisik. Bila orang kelelahan akan lapar dan mengantuk, dan bila dia memaksakan untuk tetap bekerja maka akan mengalami pingsan.
“Tidak mati, dan saya melihat beban kerja. Saya melihat ada beban fisik yang sangat capek,” kata Ani.
Menurutnya, kerja petugas KPPS bergantian karena jumlah mereka setiap TPS ada tujuh orang. Selama menjadi dokter, Ani mengaku, belum pernah mendapati kematian karena kelelahan.
“Saya sudah 22 tahun jadi dokter, belum pernah saya ketemu ada COD orang karena kelelahan. Kalau orang ada gangguan jantung di awal oke, kemudian bekerja fisiknya dipacu, meninggal karena sakit jatungnya terpicu. Meninggal karena jatungnya, bukan kelelahan,” katanya.
Dari sejumlah keluarga korban yang dia datangi, didapat cerita bahwa awalnya para korban baik-baik saja dan sehat. Tapi para korban mengeluh hal yang sama sebelum meninggal.
“Kurang lebih keluhannya sama. Satu hari setelah pemilu ada yang sakit kepala, mual-mual, muntah-muntah, dua hari kemudian meninggal. Katanya kecapekan. Kemudian ada yang sakit perut, masuk kamar mandi, masuk kamar tidur, lalu meninggal,” katanya.
Beberapa korban tidak sempat dibawa ke rumah sakit. Tapi ada juga yang sempat dibawa ke rumah sakit dengan keluhan sakit perut, mual-mual, sempat masuk ICU, masuk ruang perawatan biasa, kemudian kembali lagi ke ICU kemudian meninggal.
Karena itu, Ani Hasibuan tidak sepakat bahwa faktor kelelahan bisa membuat orang meninggal dunia. Dia mempertanyakan sikap KPU yang tiba-tiba menyampaikan bahwa kematian para petugas KPPS karena kelelahan.
“Hari ini di Indonesia 500 orang meninggal orang diam saja, saya mau tahu karena saya ini dokter. Tiba-tiba KPU jadi dokter forensik, menyebutkan COD kelelahan, mana bukti pemeriksaannya. Buktikan dong. Ini 500 orang, satu nyawa saja dalam agama saya, membunuh tanpa alasan sama saja membunuh satu dunia,” katanya.
Sebagai dokter dan sebagai rakyat, Ani sangat ingin permasalahan ini diperiksa lebih dalam. Dia mengisahkan, bagaimana korban di Jogja yang meninggalkan empat orang anak dan istrinya yang tidak bekerja.
“Lalu ini mau diapakan oleh negara. Ini dampaknya ke sana-sana,” katanya.
Dia juga mempertanyakan unsur kelalaian dalam proses rekrutmen maupun proses lain yang menyebabkan banyak anggota KPPS meninggal.
“Sudah tahu beban kerjanya banyak, tapi orangnya tidak disiapkan. Banyak orang berusia 60 tahun masih diterima juga,” ujar Ani.
Lebih lengkap lihat penjelasan dokter Ani Hasibuan dalam tayangan Youtube berikut ini. (*/Viva)