Perlu diingat lanjut Uday, tugas hidup masyarakat Baduy yang terkenal dengan prinsip hidupnya yakni lojor teu beunang dipotong, pondok teu beunang disambung dan ngabaratapeun ngabaratanghikeun titipan ti Adam Tunggal.
“Untuk menjaga harmoni, hidup antara manusia dengan alam. Mereka mendapatkan tugas berat untuk bertapa, mengurus yang bhatin dan kasat mata untuk keselamatan umat manusia serta alam dan segala isinya,” terangnya.
“Tugas lain yang sering terabaikan oleh kita adalah ngasuh ratu ngajayak menak. Jadi, bagaimana Seba bisa dimaknai sebagai ketundukan mereka terhadap penguasa? Sementara salah satu tangung jawab Tanggungan Jaro Duabelas dalam struktur adat Adalah mengingatkan para pemimpin negara. Misalnya kepada Presiden, amanatnya adalah bagaimana Presiden memimpin harus kebawa negara, harus kebawa bangsa dan harus kebawa agama. Pesan yang sangat mendalam,” papar Uday.

Kemudian ada pula yang mengibaratkan Seba sebagai sikap seharusnya antara seorang anak terhadap orang tua. Yaitu kunjungan kepada Pemerintah Daerah.
Sementara yang mereka bawa sebagai ‘buah tangan’ biasanya antara lain terdiri dari padi yang masih lengkap dengan tangkainya (ranggeongan); gula merah (aren); buah pisang serta buah-buahan lainnya yang dihasilkan dari ladang mereka, serta laksa-penganan dari tepung beras. Seba ini juga disebut Seba Tahun, Tutup Tahun atau Seren Tahun.
Untuk itu kata Uday, jika hendak bicara wawasan kebangsaan, kedaulatan pangan, keteraturan sosial, kesejahteraan, kemanusiaan, hidup menyatu dengan alam, maka belajarlah ke orang Baduy.