141 Tahun Berdiri, Masjid di Cilegon Ini Kokoh dan Asri

Sekda Pelantikan DPRD

CILEGON – Masjid Nurul Hidayah yang berada di lingkungan Kubang Welut, Kelurahan Samangraya, Kecamatan Citangkil adalah salah satu masjid tertua yang berada di Kota Cilegon.

Masjid tersebut di berdiri pada tahun 1880 Masehi atau sebelum terjadinya Gunung Krakatau Meletus. Dan didirikan oleh KH Muhammad Yusuf dan adiknya KH Abdul Mutholib warga pribumi Kubang Welut.

Dari pantauan di lokasi masjid yang berwarna hijau muda dan tua itu tampak asri. Peninggalannya yang hingga kini masih terawat rapih yaitu mimbar kayu, paseban dan kolam wudhu.

Samrudin keturunan ketiga generasi ke 4 dari KH Muhammad Yusuf mengakui kalau masjid ini berdiri pada tahun 1880 masehi dan peninggalan yang masih terawat hingga kini adalah mimbar yang terbuat dari kayu yang masih terlihat kokoh dan hingga kini mimbar tersebut masih dipergunakan untuk tempat berkhotbah.

Lantik dprd

Selain mimbar jelas Samrudin pasebannya juga masih kokoh berdiri dan kolam wudhunya pun hingga kini masih dipergunakan untuk berwudhu.

“Masjid ini didirikan oleh kakek buyut saya KH Muhammad Yusuf dan adiknya KH Abdul Mutholib. Awalnya saya tidak tahu kapan masjid itu didirikan. Baru tahu masjid itu didirikan ketika diadakan pemugaran bagian atapnya. Disitu tertera tulisan tahun di bangunya masjid yakni tahun 1880 masehi,” ungkap Tokoh masyarakat ini, Minggu (7/11/2021).

“Awalnya kakek buyutnya itu setiap akan melaksanakan sholat jum’at itu di masjid yang berada di lingkungan Cigading. Dan setiap akan melaksanakan sholat jum’at banyak penduduk setempat mengikutnya sehingga setelah di hitung jumlah pengikutnya lebih dari 40 jamaah sehingga ia mencetuskan untuk membuat masjid di lingkungan tempat tinggalnya,” tuturnya.

Yang membangun Masjid itu lanjutnya adalah murid – muridnya yang datang dari berbagai daerah diantaranya dari daerah Rangkas Bitung, Bogor Pandeglang dan di bantu oleh penduduk setempat.

“Yang membangun masjid itu kebanyakan dari muridnya yang belajar mengaji ke beliau (KH Muhammad Yusuf dan KH Abdul Mutholib). Makanya wajar kalau bangunan itu berbeda dari masjid kebanyakan,” katanya.

Samrudin menjelaskan, KH Muhamad Yusuf dan adiknya KH Abdul Mutholib itu adalah anak murid dari Syeh Nawawi Albantani Tanara. Sebelum bermukim ke Mekkah ia sempat belajar dengan beliau. Dan setelah cukup ilmu dari Syech Nawawi Albanteni Tanara beliau mengembangkan ilmunya bagi warga setempat dan murid – muridnya yang datang dari berbagai daerah. (*/Red)

Dinkes HUT Helldy
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien