Kepala MAN 2 Cilegon Sebut MAN Insan Cendikia Tak Pas Ikuti KSM Tingkat Provinsi

DPRD Pandeglang Adhyaksa

 

CILEGON – Kompetisi Sains Madrasah (KSM) yang biasa digelar setiap tahunnya oleh Kementerian Agama, merupakan kompetisi sains antar siswa-siswi baik dari MI, MTs, hingga MA.

Namun, dalam perkembangannya, KSM saat ini sudah membuka kompetisi tersebut untuk siswa-siswi dari sekolah umum, baik dari SD, SMP, hingga SMA/SMK.

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendikia (IC) yang merupakan salah satu madrasah juga sering mengikuti dan mengirimkan siswa-siswinya untuk menjadi peserta di Kompetisi Sains Madrasah (KSM).

Diketahui, MAN IC adalah sekolah yang menerapkan prinsip pencapaian tertinggi dan mendalam, dan terpenting pada keseimbangan antara penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan iman dan taqwa.

Sehingga dalam membuka pendaftaran atau perekrutan murid baru, MAN Insan Cendekia menyeleksi secara ketat calon siswanya dengan mengadakan tes seleksi yang dilaksanakan di seluruh Indonesia.

Seleksi ketat tersebut antara lain, para calon siswa merupakan siswa yang memiliki peringkat di sekolah tingkat SLTP sederajat.

Maka dari itu, prestasi yang ditorehkan oleh siswa-siswi di MAN IC serta kemampuan akademik yang dikuasai oleh murid, sudah tidak diragukan lagi.

Mengingat level atau kemampuan para siswa-siswi di MAN IC rata-rata jauh melebihi kualitas para siswa dan siswi di madrasah biasa, seluruh siswa-siswi di MAN IC yang akan mengikuti perlombaan KSM dilarang untuk ikut dalam ajang KSM tingkat kota/kabupaten dan tingkat provinsi.

Sehingga, ketika para peserta KSM dari MAN IC mendaftarkan diri, mereka langsung mendapat tiket untuk melaju ke tingkat nasional. Dikarenakan kemampuan akademik mereka dipercaya sudah memenuhi dan sudah setingkat nasional.

Namun pada tahun 2017, aturan tersebut sudah tidak berlaku, dan para siswa-siswi dari MAN IC tidak langsung diberikan tiket untuk melaju ke tingkat nasional, melainkan harus berkompetisi terlebih dahulu di tingkat provinsi, hingga sampai saat ini.

Loading...

Kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Cilegon, Sumarno, yang juga sebagai Ketua KSM Kota Cilegon menilai bahwa apabila para siswa-siswi dari MAN IC diikutsertakan dalam perlombaan KSM tingkat provinsi melawan para siswa-siswi dari madrasah biasa dianggap kurang pas.

Hal itu dikarenakan kemampuan akademik antara siswa-siswi MAN IC dan madrasah biasa, terdapat perbedaan kemampuan yang lumayan signifikan.

Dari penyeleksian juga, terdapat perbedaan syarat yang cukup ketat, antara syarat masuk di madrasah biasa dengan MAN Insan Cendikia.

“Ini sudah jelas berbeda, berbeda tingkat, berbeda level, berbeda kemampuan, berbeda juga syarat dan ketentuan masuk sekolahnya. Kalau di MAN IC itu latar belakang proses penginputan siswanya, atau dalam tahap rekrutmen harus siswa yang memiliki peringkat yang bisa diterima dan mendaftar di MAN IC. Sedangkan di madrasah biasa atau di MA/MAN biasa, itu untuk syarat tidak terlalu ketat,” kata Sumarno saat diwawancarai pada Selasa (11/7/2023).

Ia mengatakan, seharusnya perlombaan KSM tingkat Provinsi Banten hanya diperuntukkan bagi para siswa-siswi dari madrasah biasa. Dan siswa-siswi dari MAN IC ditempatkan atau dipertandingkan pada ajang KSM tingkat nasional.

Bahkan kata Sumarno, di tingkat nasional pun, MAN IC tidak pantas untuk bersaing dengan para siswa-siswi dari madrasah biasa. Karena levelnya yang sudah berbeda.

Lebih lanjut ia menyarankan kepada penyelenggara KSM dalam hal ini adalah Kementerian Agama, agar perlombaan KSM baik di tingkat provinsi dan nasional dikhususkan bagi para siswa dan siswi dari madrasah biasa saja. Sedangkan untuk MAN IC, diberikan ajang khusus Kompetisi Sains Madrasah (KSM) antar MAN Insan Cendikia yang ada dan tersebar di seluruh Indonesia.

“Ya seharusnya MAN IC dengan MAN IC dipertandingkan, toh di Indonesia sudah banyak MAN Insan Cendikia yang berdiri, sekitar ada 23 kampus yang ada di Indonesia. Karena tingkatan para siswa dan siswi di MAN IC ini sudah jauh berbeda, dan melebihi kualitas para siswa-siswi di madrasah biasa,” pungkasnya.

Hal itu dikatakan, karena banyaknya para siswa dan siswi di madrasah biasa yang terhenti prestasinya hanya sampai di tingkat provinsi, khususnya dalam ajang Kompetisi Sains Madrasah (KSM) yang digelar oleh Kementerian Agama.

Dengan dibedakannya perlombaan KSM menjadi dua, yaitu yang pertama kompetisi sains antara MAN IC, dan yang kedua kompetisi sains antara madrasah biasa, akan memberikan peluang kepada para siswa-siswi dari madrasah biasa untuk melambungkan nama madrasah dan nama dirinya hingga ke tingkat nasional.

“Kalau kayak gitu kan baru tuh ada kesempatan, selain siswa-siswi MAN IC yang selalu muncul di nasional, siswa-siswi dari madrasah biasa juga bisa muncul. Tapi kalau MAN IC ini selalu digabungkan dengan madrasah biasa dalam pertandingan, kan seolah olah udah tertutup nih nasional, hanya diberikan kepada MAN IC saja prestasinya, sedangkan madrasah lain gak berkembang dan stagnan di tempat,” tandasnya. (*/Hery)

WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien