LEBAK– Kebijakan Dinas Pendidikan Provinsi Banten yang melarang penyelenggaraan acara kelulusan di tingkat SMA memicu sorotan dari Pelajar Islam Indonesia (PII) Kabupaten Lebak.
Organisasi ini menyuarakan kegelisahan para siswa yang merasa momen penting dalam hidup mereka direnggut begitu saja.
Ketua Umum PII Lebak, Ari Purwanto, menyampaikan bahwa larangan tersebut patut dipertanyakan, karena acara kelulusan bukan hanya seremoni, melainkan simbol akhir perjuangan panjang para pelajar selama bertahun-tahun menempuh pendidikan.
“Momentum kelulusan adalah bagian dari sejarah emosional dan spiritual seorang pelajar. Itu bukan sekadar pesta, tapi bentuk penghargaan atas kerja keras mereka selama tiga tahun di bangku SMA,” ujar Ari, Jumat (18/4/2025).
Menurutnya, pelarangan tersebut dapat menimbulkan keresahan di kalangan siswa dan orang tua, karena prosesi kelulusan kerap menjadi ajang apresiasi bagi mereka yang berprestasi dan menjadi wadah terakhir kebersamaan di lingkungan sekolah.
Ari juga menambahkan bahwa kegiatan kelulusan justru mengajarkan siswa untuk berorganisasi, berkontribusi secara kolektif, dan menjalin kerjasama antar pelajar.
Ia menilai, selama kegiatan dilakukan secara positif dan tertib, tidak ada alasan kuat untuk melarangnya.
“Biasanya siswa-siswi bersama-sama membentuk panitia internal, mengumpulkan dana secara transparan, lalu merancang kegiatan sederhana namun penuh makna. Ini justru menjadi proses pembelajaran yang nyata sebelum mereka terjun ke dunia yang lebih luas,” jelasnya.
PII Lebak pun berharap Dinas Pendidikan Provinsi Banten dapat meninjau kembali kebijakan ini, dan mempertimbangkan sisi psikologis dan sosial dari para siswa yang merasa kehilangan momen spesial mereka.
“Keputusan ini perlu dikaji ulang agar pelajar di Banten bisa merasakan kebahagiaan dan kebanggaan atas kelulusannya. Jangan sampai semangat dan kenangan mereka pudar hanya karena regulasi yang terlalu kaku,” pungkas Ari. (*/Sahrul).
