Pidato Hari Bangkit ke-74 Pelajar Islam Indonesia (PII); “Bergerak Berjamaah, PII Bersinergi Bangun Indonesia”

BI Banten Belanja Nataru

Oleh: Rafani Tuahuns, SH (Ketua Umum PB PII Periode 2021-2023)


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu.

Alhamdulillahiraabil ‘Alamin. Allahumma Sholli ‘alaa Muhammad, Wa’alaa Ali Muhammad. Radiitu Billahi Rabba, Wabil Islami Diina, Wabimmuhammadin Nabiyya Warosulah.

Persembahan syukur hanya kepada Allah SWT, Raabb semesta alam. Atas segala limpahan rahmat dan karuniahNya, sehingga Pelajar Islam Indonesia (PII), memasuki usianya yang ke 74 kini. Teriring shawalat dan salam kepada Sang Revolusioner sejati, baginda Rasulullah SAW.

Sahabat kader Pelajar Islam Indonesia di seluruh penjuru negeri.

74 tahun lalu, ayahanda kita, Founding Fathers kita, H. Joesdi Ghozali melakukan perenungan panjang, mencari jawaban atas realitas keumatan saat itu. Pelajar Islam terbelah dalam dua arus, dikotomi pelajar umum dan pelajar pesantren. Bukan sekadar dikotomi verbal, namun lebih jauh, pembelahan arus pemikiran yang dikhawatirkan berujung pada sekularisme.

Pesantren dan sekolah umum seakan menjadi dua hal yang tidak boleh bertemu. Ilmu agama dan ilmu umum seakan sulit dipertemukan. Islam dan negara dipecah. Upaya sekularisasi ini jika terus terjadi, bangsa Indonesia menjadi bangsa sekuler, memisahkan negara dengan agama dan itu menjadi awal kebinasaan suatu peradaban.

Menjaga komitmen masa depan keislaman dan keindonesiaan itu kemudian menjadi titik perenungan penting, hingga Ayahanda Djoesdi Gozali kemudian mendapat isyarat langit dalam shalat malamnya di Masjid Kauman Yogyakarta. Pelajar Islam adalah jawaban untuk mengokohkan semangat keislaman dan keindonesiaan itu. Pelajar Islam di sekolah umum dan pesatren harus terhimpun dalam satu barisan. Generasi pelajar Islam harus bersatu, sebab ia menjadi harapan masa depan umat Islam di Indonesia. Bangkitlah Pelajar Islam Indonesia (PII).

Dalam sejarahnya, PII telah mengalami perjalanan panjang bangsa ini. Sejak berdirinya, PII terlibat penuh dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Saat agresi militer, kader-kader PII bersama Panglima Besar Jenderal Soedirman melakukan perang gerilya untuk menjaga keutuhan NKRI. Masih segar dalam ingatan kita, pesan hikmah dan sangat dalam. Jendral Soedirman menyambut hari bangkit PII yang kesatu pada 4 Mei 1948, “saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada anak-anakku PII, sebab saya tahu, bahwa telah banyak korban yang telah diberikan oleh Pelajar Islam Indonesia kepada Negara.”

Selanjutnya beliau berfatwa, “teruskanlah perjuanganmu, hai anak-anakku PII, negara kita adalah negara baru, di dalamnya penuh onak dan duri, kesukaran dan tantangan banyak kita hadapi, negara membutuhkan pengorbanan pemuda dan segenap bangsa Indonesia.”

Dalam Tasfir Asasi PII, garis sejarah Pelajar Islam Indonesia mengalami berbagai fase perjalanan. kesatu Fase Kesadaran. Para pelajar Islam sadar pendidikan warisan kolonial belanda sangat jauh dari nilai-nilai agama dan adanya semangat budak dalam pendidikan kolonial tersebut. Belum lagi kondisi pelajar pesantren juga harus mengisolir diri karena khawatir atas ancaman pengaruh barat yang sangat meterialistik. Pelajar Islam insyaf dan sadar atas kekurangan dan ancaman itu, maka pelajar Islam dengan kesadaran penuh menuju kesempurnaan.

Kedua Fase Kebangkitan. Perjanjian Malioboro pada 9 Juni 1947, PII bersama Ikatan Pelajar Indonesia (IPI), di mana PII disambut gembira dan diakui keperluan dan haknya berdiri dan hidup di tengah-tengah masyarakat. Perjanjian Malioboro itu hilanglah sekat dan sangkaan pecahnya pelajar Islam dan persatuan pelajar umum.

Ketiga Fase Perluasan. Meski ancaman Agresi Militer 1 oleh Belanda ketika itu, PII terus melakukan agenda perluasan, komisariat-komisariat di Sumatera, Kalimantan. Sulawesi, Maluku dan Sunda Kecil, sebagai jembatan penghubung PII dengan daerah-daerah luar blokade dan ancaman Belanda.

Keempat Fase Konsolidasi. Mengokohkan kedudukan PII dengan jalan hubungan kerjasama seluas-luasnya dan mempersatukan organisasi-organisasi Islam setempat atau di regional masing-masing. Tantangan besar di fase ini adalah munculnya pemberontakan PKI Muso di Madiun pada 18 September 1948 yang menelan bayak korban, salah satunya kader PII yaitu Almarhum Kanda Suryosugito yang mempelopori perjuangan pelajar di Madiun. Tantangan besar juga terjadi di fase ini, muncul kembali Agresi Militer Belanda 2. PII terus mengkonsoliasikan kekuatan baik internal maupun eksternal. Manifesto Pemuda pada 17 Agustus 1949 menjadi simbol konsolidasi dan perjuangan itu.

Kelima, Fase Mencipta, Membangun dan Memelihara. Fase di mana para kader PII dituntut untuk menghasilkan buah fikiran menjadi aksinya nyata. Bukan lagi tantangan fisik seperti agresi militer maupun menghadapi pemberontakan PKI, namun tantangan PII selanjutnya ketika negara telah kondusif, maka kontribusi untuk umat dan bangsa menjadi perihal utama.

Sahabat Kader PII yang dimuliakan Allah SWT.

Perjalanan panjang PII dari masa ke masa itu kemudian menjadikan PII semakin bijaksana dalam bersikap. Tantangan-tantangan baru begitu cepat, muncul silih berganti. Kini tantangan disrupsi menjadi nyata di depan dan sekitar kita. Arus infomasi yang begitu kencang, kecanggihan teknologi semakin tak terbendung. Disprusi teknologi, juga dispursi nilai. Secara tak sadar, materialisme, sekularisme, liberalisme, membonceng agenda-agenda terbarukan kini, misal yang paling utama adalah Revolui Industri 4.0.

Belum lagi tantangan politik belah bambu, umat dipecah belah, ulama dan aktivis Islam dipenjarakan, bahkan tak segan nyama menjadi korban. Gesekan lintas ormas gerakan islam juga menjadi tantangan khusus. Dan PII masih disibukkan dengan urusan dapurnya sendiri, sementara Revolusi Industri terus bergulir dan kecanggihan terjadi di mana-mana. Mirisnya, umat Islam yang terbelah ini, juga gagap dengan kebaruan-kebaruan yang terjadi.

Kini 74 Tahun PII, momentum Hari Bangkit memasuki fase baru, yakni Fase Bergerak Berjamaah. Tatkala umat hari ini dipecah belah, polarisasi kelompok Islam semakin menebal, ikhtiar terbaik adalah kolaborasi lintas gerakan, menjaga persatuan umat.

Ada dua nilai dasar yang harus dipenuhi dalam fase baru Bergerak Berjamaah ini, kesatu meneguhkan ukhuwah islamiyah. Dalam Sabda Baginda Rasulullah SAW, “Tidak beriman seorang hamba, hingga ia mencintai saudaranya, sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri,” (H.R Bukhari dan Muslim).

Sangka buruk terhadap saudara seperjuangan harus dihilangkan. Iri, dengki, hasad, hasud, adalah menyakit berkuhuwah yang harus disingkirkan. Saling mencintai sesama saudara muslim. Jangan mudah disekat hanya karena berbeda warna bendera ormas. Jangan mudah dipecah hanya karena berbeda tempat pengajian. Sudah saatnya bangun kecintaan yang kuat lintas gerakan Islam.

Imam Hasan Al-Banna juga dalam perkataannya, “kam minna wa laisa fina, wa kam fina wa laisa minna,” Berapa banyak orang tidak bersama kita tapi bagian dari kita dan berapa banyak yang bersama kita tetapi tidak termasuk dalam golongan kita. Ungkapan ini sederhana, tapi sarat akan makna. Jangan kemudian berada dalam satu golongan organisasi yang sama justru kita berpecah, dan jangan juga kemudian kita berbeda ormas gerakan, dan menjadikan kita bermusuhan.

Nilai dasar kedua adalah kejamaahan. Soliditas jamaah umat islam adalah solusi utama menghadapi segala tantangan. Syarat kemenagan adalah kesatuan jamaah. Rasulullah SAW Bersada, “Yadullahi Fauqal Jamaah, Tangan Allah (berada) di atas jamaah” (HR Ibnu Abi Ashim; disahihkan oleh al-Albani). Hadis ini menerangkan kepada kita, bahwa kemenangan yang Allah tolong ketika jamaah umat ini kokoh dan solid.

Pijat Refleksi

Dalam Al-Qur’an Surah Ash-Shaaf ayat 4, Allah SWT telah menegaskan kepada orang- orang beriman, bahwa Allah SWT mencintai orang-orang yang berjuang di jalan Allah dengan barisan yang rapi, laksana bangunan yang kokoh. Janji Allah SWT dalam Qalamnya menjadi pedoman penting dalam meneguhkan jamaah gerakan kita, Pelajar Islam Indonesia.

Kedua nilai dasar itu, ditubuh PII dan Umat Islam harus kokoh. Pelajar Islam Indonesia yang usianya hampir tiga perempat abad ini, sejatinya adalah usia yang sangat matang, sehingga

kebijaksanaan dalam memilih dan ketegasan dalam bersikap adalah sebuah keharusan. Untuk itu, Persatuan umat menjadi sebuah cita-cita tertinggi dan bergerak berjamaah adalah aktualisasi agenda-agenda baru Pelajar Islam Indonesia dan umat Islam saat ini dan ke depan.

Sahabat Pelajar Islam Indonesia yang berbahagia.

Hari Bangkit ke 74 PII kali ini, kita mengusung tema, Bergerak Berjamaah. Bergerak Berjamaah menjadi pilihan tepat. Realitas keumatan dan kebangsaan hari ini, harus mampu di jawab oleh kader-kader PII. Maka sudah saatnya, PII membuktikan gerak langkah dan jamaahnya yang kokoh.

Bergerak, umat tidak boleh statis, PII tidak boleh diam. Maka Bergerak adalah pilihan utama. Gerak adalah simbol perjuangan tanpa henti. Menerjang setiap tantangan, dan memastikan kontribusi karya terbaik PII untuk Indonesia.

Berjamaah, kata kunci jamaah menjadi pondasi utama bergerak. Parsial bukan pilihan, apalagi bergerak sendirian. Jamaah adalah simbol kemenagan yang telah dijanjikan Allah SWT. Maka PII dalam ikhtiar geraknya, menggapai pertolongan Allah SWT dengan membangun soliditas Jamaah.

Sahabat Kader PII di seluruh nusantara.

Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PB PII) Periode 2021-2023, mengusung satu visi besar Bangun Indonesia. Visi yang menjadi ikhtiar kader-kader PII berkontribusi untuk negeri. Dengan dua tema gerakan, PII Mengabdi untuk umat, PII Berkarya untuk Negeri.

Kesatu, Mengabdi untuk umat. Adalah bagian dari komitmen keislaman kader-kader PII hari ini. Usia PII menuju 100 tahun, tetap menegaskan diri sebagai kader umat. Untuk itu, dedikasi perjuangannya tetap tegas untuk umat. Komitmen keumatan itu terimplementasi dalam tiga pilar, PII bersama Al-Quran, PII Bersama Ulama, dan PII bersama umat.

Kedua, berkarya untuk negeri. Tema ini menjadi bagian dari komitmen keindonesiaan PII. Ikut bersinergi mewujudkan amanat Konstitusi, yakni Mencerdaskan Kehidupan Bangsa, maka sudah sejatinya, PII memberikan kontribusi karya terbaiknya untuk memajukan Indonesia.

Kepada seluruh Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah, dan Pengurus Komisariat, dan kader- kader PII di seluruh tanah air. Mari kita bangun kekuatan gerakan jamaah kita, dan memastikan komitmen perjuangan PII, mengabdi untuk umat dan Berkarya untuk Negeri.

Sahabat PII yang kami cintai karena Allah SWT.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, mari kita angkat tangan kita, seraya memohon dan berdoa kepada Allah SWT.

Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillahirabbil ‘Alamaiin, Allahummashollii ‘alaa Muhammad Wa’alaa Ali Muhammad.

Yaa Allah Yaa Raabb, di Momentum Hari Bangkit ke 74 PII, dalam naungan berkah Ramadhan dan bimbingan serta maghfirahMu, kuatkan kaki dan pundak kami, untuk terus menjalankan amanah dakwah ini dan menjaga nafas panjang perjuangan Islam.

Yaa Allah Yaa Raabb, kokohkan jamaah juang kami, PII di seluruh penjuru negeri. Berilah pertolongan kepada kami, karena kami yakin Yaa Allah, hanya dengan pertolonganMu kemenangan itu akan datang. Agar kami tetap teguh dalam kontribusi terhadap agama, bangsa dan negeri tercinta kami.

Yaa Allah, Rabbanaa Aatina Miladunka Rahmatan Wahayyi’lana Min Amrinaa Rasyada. bimbinglah kami ke jalan yang benar, manakala kami menyimpang. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alaamin.

Sahabat Juang PII.

Pada akhinya, izinkan kami mengucapkan Selamat Hari Bangkit ke 74 Pelajar Islam Indonesia. Mari Bergerak Berjamaah!

Salam Kolaborasi, Salam Pembaharu !

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu.

Jakarta, 22 Ramadhan 1442 H/4 Mei 2021 M

PJ Gubernur Banten
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien