Masyarakat Sekitar TNUK Terapkan Metode Penghidupan Ramah Lingkungan
PANDEGLANG – Sebagai masyarakat yang tinggal dekat dengan daerah konservasi, masyarakat penyangga Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) memiliki kewajiban untuk menjaga kawasan tersebut untuk tetap lestari.
Guna menjaga kelangsungan hidup yang berorientasi terhadap kelestarian alam, masyarakat penyangga TNUK memiliki cara dengan menggunakan metode sustainable livelihood assessment (SLA).
Masyarakat dari enam desa penyangga Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon yang ada di Kecamatan Cimanggu dan Kecamatan Sumur berkumpul di Hotel Rizky Hotel Pandeglang untuk melakukan workshop yang difasilitasi oleh WWF Ujung Kulon dan didukung oleh Balai TNUK serta Pemerintah Kabupaten Pandeglang, Rabu (9/5/2018).
Perwakilan pemerintah desa dari Desa Ranca Pinang, Desa Cibadak, Desa Kramat Jaya, Desa Kerta Jaya, Desa Taman Jaya dan Desa Ujung Jaya hadir untuk memaparkan Rencana Aksi Masyarakat (RAM) yang telah berhasil disusun oleh masyarakat secara partisipatif dengan menggunakan pendekatan Sustainable Livelihood Assesment (SLA) atau penilaian penghidupan berkelanjutan.
SLA merupakan sebuah alat yang digunakan oleh masyarakat untuk melakukan penggalian terhadap akar masalah dan potensi yang ada di desa mereka sehingga bisa menjadi dasar membuat rencana pembangunan desa berkelanjutan
Kajian SLA akan menghasilkan data kajian desa dan rencana aksi masyarakat yang bisa digunakan bukan hanya oleh masyarakat tetapi juga oleh pemerintah dan pihak lain yang mendukung upaya pembangunan yang lestari di desa.
SLA ini merupakan pendekatan yang dipilih oleh WWF Ujung Kulon untuk melakukan pemberdayaan masyarakat yang ada di desa-desa kawasan penyangga TNUK
“Dengan pendekatan SLA, masyarakat didorong untuk bisa membaca potensi dan masalah desa secara kritis dan mencari solusi tepat untuk menyelesaikan masalah dengan memanfaatkan potensi tersebut. Solusi tersebut dirangkai dalam bentuk rencana aksi masyarakat yang tentu saja membutuhkan dukungan dari berbagai pihak untuk implementasinya,” jelas Project Leader WWF Ujung KulonKurnia Khairani.
Melalui pendekatan SLA juga, masyarakat didorong untuk mampu mempromosikan rencana aksi masyarakat agar mendapatkan dukungan para pihak utamanya pemerintah yang bertanggungjawab terhadap pembangunan masyarakat sesuai dengan peran dan fungsinya.
Promosi tersebut dalam kerangka mendorong upaya implementasi rencana aksi masyarakat dengan memaksimalkan dukungan dari berbagai pihak baik pemerintah, privat sector serta pihak-pihak lainnya.
Dengan tujuan tersebut maka dalam workshop paparan hasil SLA ini menghadirkan narasumber dan peserta dari berbagai instransi pemerintah terkait, serta pihak swasta dan BUMN yang memiliki program-program CSR.
Sementara itu, pihak desa berharap melalui workshop ini bisa menjadi media komunikasi antara masyarakat selaku perancang dan penerima manfaat program pembangunan desa dengan para pihak yang memiliki sumber daya serta kapasitas memberikan dukungan untuk implementasi program-program pembangunan di level desa.
“Kami hari ini berkumpul untuk sosialisasi kepada beberapa pihak terkait bahwa kami telah memiliki rencana aksi yang disusun sendiri oleh kami. Harapannya, rencana aksi kami ini bisa didukung oleh pemerintah dan pihak lain yang hadir dalam kegiatan ini sesuai dengan peran masing-masing’ kata Sekretaris Desa Ranca Pinang, Encun.
Kaitannya dengan pengelolaan kawasan, Balai TNUK yang concern pada upaya pemberdayaan masyarakat di kawasan penyangga TNUK juga menyambut baik pendekatan SLA yang telah berhasil disusun oleh masyarakat.
“Kami pikir ini adalah sebuah pendekatan yang sangat positif karena masyarakat didorong untuk mampu melihat kembali potensi dan masalah desa dengan menggunakan perspektif yang lebih ekologis. Dan acara seperti ini juga sangat baik karena pada dasarnya pembangunan desa secara berkelanjutan di kawasan penyangga harusnya menjadi tanggung jawab bukan hanya Balai TNUK tetapi semua pihak yang berkepentingan,”ucap Kepala BTNUK, Mamat U Rahmat.
Sementara itu, rencana aksi oleh masyarakat itupun juga didukung oleh Pemerintah Kabupaten Pandeglang, dikatakan Asda 1 Kabupaten Pandeglang, Agus Supriyadi metode yang akan diterapkan tersebut merupakan harapan yang baik bagi masyarakat untuk tetap sejahtera dengan prinsip ekologi yang ramah lingkungan.
Dengan karakter wilayah sebagai daerah agraris penting bagi masyarakat memahami konsep ekologi.
“Kita ini daerah agraris bukan daerah industri, kita ini semua alam yang harus kita jaga. Mari kita bersama-sama jaga dan lestarikan. Alam ini milik Allah harus dijaga,” tegasnya. (*/Yosep)