Di Acara Perpisahan, MA Nurul Hidayah Bojonegara Launching 10 Buku
SERANG – Menulis merupakan cara untuk meningkatkan budaya membaca. Hal ini dikarenakan aktivitas menulis membutuhkan pengetahuan serta bank kata.
Saat pengelepasan peserta didik, Madrasah Aliyah Nurul Hidayah Bojonegara, Kabupaten Serang melaunching 10 buku karya guru dan siswa pada Minggu, (12/6/2022).
Launching ini dilaksanakan secara sederhana disela-sela kegiatan penglepasan siswa MA, MDTA serta RA Nurul Hidayah.
Hadir pada kesempatan tersebut Kabid Penma Kementerian Agama Provinsi Banten, Pengawas Rumpun MTs-MA Kementerian Agama Provinsi Banten, Kepala desa Lambangsari serta tamu undangan lainnya.
Kepala MA Nurul Hidayah, Imadul Huda mengungkapkan kebanggaannya karena hal ini merupakan terobosan baru di sekolahnya.
“Saya merasa bangga dengan launchingnya buku ini. Saya berharap ini akan menjadi budaya baik yang terus dilakukan di tahun-tahun selanjutnya,” kata Imadul Huda saat ditemui disela-sela acara.
Dari 10 buku, 5 diantaranya merupakan karya tunggal alias novel. Menariknya, buku ini tidak dicetak terbatas untuk lingkungan sekolah saja, namun juga bisa diedarkan ke publik, karena buku ini dilengkapi dengan izin edar penjualan buku.
“Buku yang kita launching hari ini tidak hanya bentuk antologi cerpen, namun juga ada 5 siswa yang sudah menerbitkan karya solo berbentuk novel. Ini patut kita apresiasi, terutama untuk Tim Gerakan Literasi Sekolah yang tak kenal lelah membimbing para siswa,” tambahnya.
Salah satu tim Gerakan Literasi Sekolah Suherman mengatakan dengan launchingnya buku-buku ini menandakan para siswa punya talenta untuk berkarya dan berdaya.
“Setiap orang pasti bisa menulis karena setiap orang pasti punya ilmu, pengalaman serta pemikiran. Menulis berarti memahat peradaban” ujar Suherman yang juga merupakan guru yang aktif dalam dunia kepenulisan.
Ia juga mengatakan, ke depannya akan mewajibkan setiap lulusan untuk menerbitkan sebuah buku. Karena ia percaya, aktivitas menulis merupakan salah satu cara untuk meningkatkan budaya membaca.
“Menulis itu seperti pistol, dan membaca bagaikan pelurunya. Bagaimana pistol menembak jika tak ada pelurunya,” pungkasnya. (*/Nas)