Mengenal Didik Mukrianto Anggota DPR RI dari Partai Demokrat

Sankyu

JAKARTA – Didik Mukrianto yang biasa disapa Cak Didik merupakan sosok politisi dari Partai Demokrat (PD) yang lahir di Magetan, Jawa Timur.

Cak Didik telah dua kali terpilih menjadi anggota DPR RI, pertama pada 2014-2019, dan beliau terpilih kembali di dapil yang sama pada 2019-2024.

Didik merupakan lulusan dari Kampus ternama di Indonesia yaitu Fakultas Hukum Universitas Trisakti. Sekedar informasi, Cak Didik saat pada masa mudanya dikenal aktif diberbagai organisasi, diantaranya sebagai Ketua Senat Fakultas Hukum Universitas Trisakti Jakarta 2004-2005; Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan Senat Universitas Trisakti 2004-2005; Ketua Bidang OKK GARANSI 2004-2009.

Tak berhenti disitu, selanjutnya dia menjabat sekretaris Bidang Hublu DPP Partai Demokrat 2004-2009, Sekjend GARANSI 2009-2014, Ketua Panitia Kongres II Partai Demokrat 2010; Sekjend Ikatan Alumni Universitas Trisakti 2010-2014, Wakil Ketua Umum II Pengurus Karang Taruna Nasional 2010-2015; Ketua DPP Partai Demokrat 2010-2015; Anggota DPR RI/Sekretaris Fraksi Demokrat DPR RI 2014 – 2019, Ketua Umum Karang Taruna Nasional periode 2020-2025.

Seiring dalam kesibukan dan karirnya, dalam kehidupan keluarga sakinah dengan dikaruniai tiga anak, Didik masih menyempatkan untuk membagi waktunya dengan keluarga.

Cak Didik merupakan sosok yang sangat aktif, semboyan beliau Tiada hari tanpa aktifitas, tiada hari tanpa perbaikan diri, agar bermanfaat untuk orang banyak.

Didik menjelaskan bahwa motivator terbesar dalam hidupnya yang menjadi pegangan adalah doa dari kedua orang tua. Selain itu, kata Didik, orang tuanya juga telah berpesan agar dia tak boleh meninggalkan shalat dalam keadaan apa pun.

“Berkat ajaran dan didikan kedua orang tua, saya bisa sampai seperti sekarang ini. Orang tua selalu mengingatkan agar saya tak meninggalkan Shalat,”ujar Didik Mukrianto yang juga penulis Buku Penumpang Gelap Demokrasi.

Bagi Didik, menjadi anggota DPR RI khususnya di Komisi III tidak boleh hanya dinikmati sendiri. Menurut Didik, pihaknya lebih senang melihat turun ke bawah.

Hal itu harus dilakukan untuk menyerap aspirasi masyarakat terutama dalam menyangkut persoalan hukum. Selain itu, Didik pun dikenal dekat dengan kawan-kawan media yang ada di Senayan dikarenakan tak ada batas jarak.

“Saya kan berangkat dari orang susah, jadi sudah terbiasa turun ke bawah dan harus mendengarkan aspirasi-aspirasi mereka. Bukan cuma itu, saya juga harus memberi solusi bagi masyarakat yang menghadapi masalah terutama persoalan hukum,”tutur Didik menjelaskan.

Sambil memberikan sebuah karya buku yang pernah dia tulis, Didik menceritakan bahwa orang tuanya saat itu berharap bisa melihat dia memakai dasi dan membawa mobil pribadi. Didik sadar bukan terlahir dari orang berada, dia selalu memanfaatkan waktu dengan memperbanyak teman.

“Semua rezeki atau peluang usaha yang diperoleh saat ini dari teman dan paling penting dalam hidup itu, jujur, komitmen, kerja keras, pedoman itu yang selalu saya pegang,” tutur Didik.

Didik tersenyum, mengingat perjalanan dia pada saat sekolah dan masuk perguruan tinggi kerap kali tak memiliki uang jajan. Kata Didik, pada saat itu, dia sudah terbiasa untuk berhemat dengan cara berpuasa Senin-Kamis.

“Selain beribadah, berpuasa juga bisa dilakukan oleh kita untuk membantu mengekang budaya konsumtif,” tutup Didik. (*/Jumri)

Honda