Ada Calon Rektor Untirta Mantan Narapidana, Panitia Pilrek Disebut Teledor

Sankyu

SERANG – Presiden Akur Sekabeh Cilegon (ASC), Edi Muhdi Zein, menyoroti kebijakan panitia Pemilihan Rektor (Pilrek) dan Senat Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) yang menurutnya teledor.

Dijelaskan Edi, perguruan tinggi sebagai lembaga akademik, yang dikenal identik dengan tri dharma perguruan tinggi harus tegak lurus dengan penjaga etik.

“Kampus yang notabene merupakan penjaga etik generasi dan publik, jika para calon rektor yang bermasalah moral dan bahkan bermasalah secara hukum sampai terpilih jadi rektor, ini pasti akan menuai banyak pertanyaan,” ujar Edi, Kamis (25/5/2023).

ASC menyoroti serius hasil seleksi calon rektor Untirta yang ternyata menetapkan salah satu kandidat disebut merupakan mantan narapidana.

“Pertanyaan awal, mengapa panitia seleksi kurang hati-hati, sehingga ada calon yang pernah dijatuhi hukuman penjara ternyata diloloskan. Ini fakta, mantan orang yang pernah dipenjara karena peristiwa kriminal dapat jadi calon (rektor),” ujar Edi.

Sekda ramadhan

“Pertanyaan selanjutnya, apakah panitia seleksi rektor Untirta sangat terbatas pengetahuannya sehingga teledor,” imbuh Edi.

Edi menyampaikan analisanya, bahwa ada ketidakberesan dalam pemilihan rektor Untirta kali ini.

“Para calon yang sudah dianggap lulus oleh panitia seleksi, secara otomatis merekalah yang akan dipilih sebanyak tiga orang oleh Senat Untirta, yang kemudian diserahkan kepada menteri. Nah dengan banyaknya para calon yang bermasalah, ada dua kemungkinan hal tersebut bisa terjadi. Pertama jika orang bermasalah yang terpilih diduga sejak awal ada persekongkolan antara Pansel, Senat dengan seseorang yang memiliki kekuasaan di Untirta, sehingga dapat memenangkan dirinya. Kedua, Pansel dan Senat pengetahuannya tentang anatomi dan lingkungan kampus Untirta sangat terbatas,” jelas Edi.

“Bagi orang yang punya otoritas, persekongkolan atas sebuah kejahatan di perguruan tinggi bisa jadi sudah menjadi hal biasa. Ingat saja peristiwa ditangkapnya Rektor Unila. Itu contoh bahwa ada yang tertangkap tangan, bahkan menyeret nama rektor Untirta,” urai Edi.

Dia juga menegaskan bahwa saat ini Senat harus memiliki tanggungjawab moral, agar tidak salah memilih.

“Seandainya dengan realitas yang ada, kemudian Senat hingga kurang hati-hati menetapkan pilihan rektor Untirta yang akan datang, sesungguhnya secara moral Pansel dan Senat patut dipertanyakan integritasnya,” tandas Edi. (*/Rijal)

Honda