CILEGON – Setelah tertunda cukup lama hampir lebih setahun, karena kesulitan keuangan akibat jatuhnya harga baja, proyek blast furnace milik produsen baja negara Krakatau Steel ini siap memulai produksi perdananya pada bulan Maret tahun ini.
Pembangunan fasilitas ini dikabarkan segera selesai dalam waktu dekat, sebagaimana diungkapkan Sekretaris Perusahaan Krakatau Steel Iip Arief Budiman.
Saat berbincang dengan wartawan Jumat kemarin (27/1), IIP mengatakan, pembangunan fasilitas produksi baja baru senilai US $ 500 juta itu progressnya mencapai 98 persen.
“Mudah-mudahan akan memulai produksi pada kuartal pertama,” kata Iip kepada wartawan di The Royale Krakatau Hotel, Jumat.
Fasilitas baru ini akan memiliki kapasitas untuk memproduksi 1,2 juta ton logam cair panas, yang akan berfungsi sebagai bahan untuk membuat berbagai produk baja jadi. Bahan baja ini nantinya akan disalurkan ke pabrik induk Krakatau Steel serta anak perusahaan dan perusahaan patungan, seperti KNSS dan KOS.
“Triwulan ini antara maret 2017 BF sudah mulai jalan, tahun awal mudahan-mudahan 1,2 ton hot metal atau baja cair akan kita produksi,” imbuhnya.
Krakatau Steel diketahui adalah perusahaan baja terbesar di Indonesia, dan telah terlibat dalam tiga investasi patungan, seperti PT Krakatau Posco, yang mulai beroperasi pada tahun 2013 dan telah menghasilkan 3 juta ton slab dan plats, PT Krakatau Osaka Steel, yang dimulai operasi pekan lalu untuk memproduksi baja sudut dan rebar untuk proyek-proyek konstruksi, dan PT Krakatau Nippon Steel Sumikin yang diproyeksikan mulai beroperasi pada bulan September tahun ini untuk memproduksi baja untuk industri otomotif.
Krakatau Steel saat ini memproduksi 3,15 juta ton campuran baja per tahun, yang meliputi hot rolled coil untuk pembangunan jalan tol, bangunan dan peralatan rumah tangga, batang kawat untuk gantungan baju, kabel dan spring bed, dan cold rolled coil sebagai bahan perantara untuk menghasilkan baja untuk otomotif. (*)